Perubahan
adalah suatu keniscayaan, hampir seluruh lini kehidupan pasti mengalami
perubahan begitu juga dengan dunia pendidikan yang acap kali pasti mengalami
perubahan terutama perubahan pada kurikulum. Seperti yang kita ketahui
perubahan kurikulum yang semula dari K13 menjadi kurikulum merdeka. Perubahan yang
terjadi pada kurikulum pendidikan sering kali membuat para guru menjadi stres
dan bingung, terutama dalam memahami dan pelaksanaan kurikulum merdeka itu sendiri. Nah, lalu seperti apa sih
permasalahan-permasalahan yang terjadi? Berikut simak penjelasannya.
1.
Kurangnya pemahaman cara menurunkan atau menerjemahkan CP
menjadi tujuan pembelajaran
Pada hambatan yang pertama guru dihadapkan pada kurangnya pemahaman cara menurunkan
atau menerjemahkan CP menjadi tujuan pembelajaran. Dengan demikian guru tidak mampu menerjemahkan CP menjadi tujuan
pembelajaran, sehingga apa yang terjadi? materi yang diberikan kepada peserta didik belum mengacu pada materi yang esensial, melainkan masih
mengacu pada kurikulum sebelumnya. Padahal modul ajar pada kurikulum merdeka ini mengacu pada rencana
pembelajaran maksudnya, dimana dalam modul ajar
ini harus disuaikan dengan kebutuhan peserta
didik.
2.
Kesulitan dalam menentukan model pembelajaran dan asesmen
Pada hambatan yang kedua, guru juga sering kesulitan dalam menentukan
model pembelajaran dan terkadang
asesmen
yang digunakan tidak heterogenitas, sedangkan siswa di dalam kelas cukup
beragam dalam hal bakat dan minat maupun projek yang ingin dikerjakan. Hal ini
juga perlu menjadi perhatian siswa terkait dengan tingkat pemahaman siswa, kemampuan
berpikir siswa, keterampilan siswa, gaya
belajar, tingkat percaya diri, dan tingkat
konsentrasi. Oleh karenanya guru harus
menentukan model pembelajaran dan asesmen yang sesuai, sesuai dengan kebutuhan
siswa.
3.
Kesulitan dalam mencari berbagai macam sumber referensi
Pada hambatan yang ketiga, guru kesulitan dalam mencari berbagai macam sumber
referensi, contoh pembelajaran yang
berdeferensiasi, hal ini biasanya
terjadi karena keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah masing-masing, khususnya jaringan
internet, perangkat keras seperti komputer atau PC. Padahan keberadaan sarana dan
prasarana yang menunjang akan sangat berdampak baik pada keberhasilan
implementasi penerapan kurikulum merdeka. Akan tetapi masih banyak ditemukan sekolah yang masih kesulitan dalam mengadakan alat-alat IT
apalagi sekolah-sekolah kecil dan masih di daerah pelosok.
4.
Keterbatasan
referensi guru mengenai model
pembelajaran
Pada hambatan yang keempat, keterbatasan dalam hal
referensi
guru mengenai model
pembelajaran yang dapat mengakomodasi
pembelajaran berdeferesiasi, tapi kenyataannya masih
banyak guru mengalami kesulitan dalam menentukan model
pembelajaran yang tepat sehingga sering
sekali terjadi trial and error dalam
proses KBM. Padahal dengan menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu jawaban atas keberagaman yang
ada pada murid sehingga proses pembelajaran tidak berpusat pada murid.
5.
Keterbatasan pengetahuan
awal dan penguasaan materi dan kontekstual
Pada hambatan yang kelima, guru memiliki keterbatasan dalam pengetahuan awal dan penguasaan materi dan kontekstual
sehingga kesulitan dalam menyusun pertanyaan pemantik. padahal seperti yang kita ketahui bersama dengan adanya pertanyaan pemantik yang sesuai dengan materi, sedangkan pertanyaan
pemantik bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa dan dapat meningkatkan
antusias siswa untuk masuk ke dalam topik
yang sedang dibahas
Melihat beberapa
hambatan-hambatan di atas, dapat disimpulkan, bahwa dalam kenyataannya guru masih sering mengalami kendala dalam membuat
modul ajar, karena modul ajar
merupakan produk baru dan masih dalam proses pengenalan pada guru. Sehingga dengan
demikian, pada saat proses penyusunannya membutuhkan
waktu yang cukup lama. Walaupun mungkin format penyusunan modul ajar masih mirip dengan RPP pada
kurikulum K13 namun tetap saja ada perbedaanya yang sangat mendasar.
Oleh
sebab itu, guru sebagai garda terdepan dari suatu perubahan di dunia
pendidikan, mau tak mau harus siap ambil bagian dalam upaya melakukan perubahan
tersebut. Dan dituntut berani mengambil keputusan untuk terus belajar dan
mencoba sesuatu hal baru. Adapun hal atau upaya yang bisa dilakukan oleh
seorang guru adalah yaitu dengan mengikuti pelatihan membuat modul ajar, rajin diskusi
bersama dengan guru-guru dengan mengikuti kegiatan MGMP. Dengan demikian diharapkan
dengan adanya diskusi, maka terjadi tukar pendapat mengenai solusi terkait
kesulitan-kesulitan yang mungkin sering dialami dalam pembuatan modul
ajar. Tujuannya disini adalah agar guru tak hanya sekadar
beradaptasi, melakukan
peniruan semata, namun guru mampu dalam menyiapkan dan membantu siswa
sebagai generasi penerus
bangsa untuk
mampu menjawab tantangan yang akan mereka hadapi di masa akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar