Rabu, 20 September 2023

Hambatan dan Solusi dalam Menghadapi Kurikulum Merdeka

Dokumen pribadi, ketika mengikuti pelatihan guru penggerak angkatan 1
penulis Makripuddiin, S. Pd.

Perubahan adalah suatu keniscayaan, hampir seluruh lini kehidupan pasti mengalami perubahan begitu juga dengan dunia pendidikan yang acap kali pasti mengalami perubahan terutama perubahan pada kurikulum. Seperti yang kita ketahui perubahan kurikulum yang semula dari K13 menjadi kurikulum merdeka. Perubahan yang terjadi pada kurikulum pendidikan sering kali membuat para guru menjadi stres dan bingung, terutama dalam memahami dan pelaksanaan kurikulum  merdeka itu sendiri. Nah, lalu seperti apa sih permasalahan-permasalahan yang terjadi? Berikut simak penjelasannya.

1.      Kurangnya pemahaman cara menurunkan atau menerjemahkan CP menjadi tujuan pembelajaran

Pada hambatan yang pertama  guru dihadapkan pada kurangnya pemahaman cara menurunkan atau menerjemahkan CP menjadi tujuan pembelajaran. Dengan demikian guru tidak mampu  menerjemahkan  CP  menjadi  tujuan pembelajaran, sehingga apa yang terjadi? materi yang diberikan kepada peserta didik belum mengacu pada materi yang esensial, melainkan masih mengacu pada kurikulum sebelumnya. Padahal modul ajar pada kurikulum  merdeka ini mengacu pada rencana pembelajaran maksudnya, dimana dalam modul ajar ini harus disuaikan dengan  kebutuhan  peserta  didik. 

2.      Kesulitan dalam menentukan model pembelajaran dan asesmen

Pada hambatan yang kedua, guru juga sering kesulitan dalam menentukan  model  pembelajaran  dan  terkadang asesmen  yang  digunakan tidak heterogenitas, sedangkan siswa di dalam kelas cukup beragam dalam hal bakat dan minat maupun projek yang ingin dikerjakan. Hal ini juga perlu menjadi perhatian siswa terkait dengan tingkat pemahaman siswa, kemampuan  berpikir  siswa,  keterampilan  siswa,  gaya  belajar,  tingkat  percaya  diri,  dan  tingkat konsentrasi.  Oleh karenanya guru harus menentukan model pembelajaran dan asesmen yang sesuai, sesuai dengan kebutuhan siswa.

3.      Kesulitan dalam mencari berbagai macam sumber referensi 

Pada hambatan yang ketigaguru kesulitan dalam mencari berbagai macam sumber referensi, contoh pembelajaran yang berdeferensiasi, hal ini biasanya terjadi karena keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah  masing-masing, khususnya jaringan internet, perangkat keras seperti komputer atau PC. Padahan keberadaan sarana dan prasarana yang menunjang akan sangat berdampak baik pada keberhasilan implementasi penerapan kurikulum merdeka. Akan tetapi masih banyak ditemukan sekolah yang masih kesulitan dalam mengadakan alat-alat IT apalagi sekolah-sekolah kecil dan masih di daerah pelosok

4.      Keterbatasan   referensi   guru   mengenai   model   pembelajaran  

Pada hambatan yang keempat, keterbatasan   dalam hal referensi   guru   mengenai   model   pembelajaran  yang  dapat mengakomodasi pembelajaran berdeferesiasi, tapi kenyataannya masih banyak guru mengalami kesulitan dalam menentukan model pembelajaran yang tepat sehingga sering sekali terjadi trial and error dalam proses KBM. Padahal dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu jawaban atas keberagaman yang ada pada murid sehingga proses pembelajaran tidak berpusat pada  murid. 

5.      Keterbatasan pengetahuan awal dan penguasaan materi dan kontekstual 

Pada hambatan yang kelima, guru memiliki keterbatasan dalam pengetahuan awal dan penguasaan materi dan kontekstual sehingga kesulitan dalam menyusun pertanyaan pemantik. padahal seperti yang kita ketahui bersama dengan adanya pertanyaan pemantik yang sesuai dengan materi, sedangkan pertanyaan pemantik bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa dan dapat meningkatkan antusias  siswa untuk masuk ke dalam topik yang sedang dibahas

Melihat  beberapa hambatan-hambatan di atas, dapat  disimpulkan, bahwa  dalam  kenyataannya  guru  masih sering mengalami  kendala  dalam  membuat  modul  ajar, karena modul ajar merupakan produk baru dan masih dalam proses pengenalan pada guru. Sehingga dengan  demikian,  pada  saat  proses  penyusunannya membutuhkan  waktu  yang  cukup lama.  Walaupun mungkin format penyusunan modul ajar masih mirip dengan RPP pada kurikulum K13 namun tetap saja ada perbedaanya yang sangat mendasar.

Oleh sebab itu, guru sebagai garda terdepan dari suatu perubahan di dunia pendidikan, mau tak mau harus siap ambil bagian dalam upaya melakukan perubahan tersebut. Dan dituntut berani mengambil keputusan untuk terus belajar dan mencoba sesuatu hal baru. Adapun hal atau upaya yang bisa dilakukan oleh seorang guru adalah yaitu dengan mengikuti pelatihan membuat modul ajar, rajin diskusi bersama dengan guru-guru dengan mengikuti kegiatan MGMP. Dengan demikian diharapkan dengan adanya diskusi, maka terjadi tukar pendapat mengenai solusi terkait kesulitan-kesulitan yang mungkin sering dialami dalam pembuatan modul ajar. Tujuannya disini adalah agar guru tak hanya sekadar beradaptasi, melakukan peniruan semata, namun guru mampu dalam menyiapkan dan membantu siswa sebagai generasi penerus bangsa untuk mampu menjawab tantangan yang akan mereka hadapi di masa akan datang

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar