Kamis, 12 Agustus 2021

Transfer Doa Untuk Sang Penggerak, Bagian 4


Tak disangka-sangka bantuan dalam bentuk pinjaman untuk membangun rumah, datang tanpa diminta. Disini Allah menunjukkan kasih sayangnya. Banyak keluarga dan sahabat yang berempati dan memberi pinjaman tanpa batas waktu pengembalian. Sehingga jadilah gubuk sederhana untuk berlindung dari terik matahari dan hujan.

Untuk mengantisifasi permasalahan yang muncul dalam menulis di esai seperti jawaban hilang secara tiba-tiba ketika ada panggilan masuk atau gangguan lainnya. Esai ditulis pada draf pesan kemudian dicopi di tugas esai. Tes selanjutnya adalah tes sekolastik. Tes berjalan dengan sempurna, tanpa mendapatkan kendala yang berarti.

Setelah beberapa mingku kemudian kita mendapatkan info ketahap simulasi mengajar. Banyak yang gugur di tes sekoalistik. Sebelum tes simulasi mengajar kita harus membuat RPP satu lembar yang harus diunggah di guru berbagi.

Dalam simulasi ini saya benar-benar mempersiapkan diri dengan matang mulai dari internet yang kuat, materi dan kesehatan. Satu jam sebelum dimulai saya merasa nerfes dan sering bolak balik ke kamar kecil. Kemudian saya telpon iseri ceritakan kejadian yang saya alami. Dia lagi-lagi memberi semangat  dan do’a yang tulus. Saya mendapatkan lagi kepercayaan diri.

Simulasi mengajarpun dimulai, di tengah-tengah persentasi tiba-tiba layar laptop yang saya gunakan mati. Saya panik, keringat mulai bercucuran dengan derasnya dan  tangan mulai gemetaran, setelah saya periksa Ternyata wifinya terputus. Segera saya menghidupkan internet hanphon kemudian menggunakan hospot pribadi. Lega rasanya bisa terhubung dengan tim penilai kembali seraya memohon maaf atas kendala yang terjadi, sesi inipun selesai.

kemudian setelah beberapa minggu kemudian kita lanjut ke tes yang paling menentukan yaitu tes wawancara, di tes ini lagi-lagi saya mendapatkan kendala yang cukup serius, saya tidak bisa mendengar tim penilai karena jaringan internet yang buruk. Saya hanya bisa mendengar beberapa kata. Tapi saya tidak mau menyerah sayapun tetap semangat menyelesaikannya tes ini.

Trik yang saya gunakan saya hanya mengira-ngira soal diberikan kepada saya kemudian saya tanyakan kemabali kepada tim penilai apakah mereka menyakan saya masalah ini dan saya minta tim penilai untuk menganggukkan kepala jika soal yang saya tebak benar tentunya saya sudah jelaskan jika saya tidak bisa mendengar suara beliau dengan jelas.

Beruntung soal yang diberikan tidak jauh berbeda dengan soal esai yang pernah kita jawab di awal pendaftaran. Beruntungnya tim penilai bisa mendengarkan suara saya dengan cukup jelas.

Selanjutnya menunggu hasil pengumuman kelulusan dan hasilnya Alhamdulillah saya lulus sebagai Calon Guru Penggerak angkatan kedua dari Lombok Barat. Dalam perjalanan saya mengikuti program ini saya mendapatkan pelajaran yang banyak sekali yang bisa saya gunakan sebagai modal saya menjadi guru yang baik.

Berkat dukungan dan do’a isteri tercinta saya masih tetap semangat untuk menyelesaikan program ini agar bisa menjadi bagian dari agen perubahan pendidikan di Indonesia ke arah yang lebih baik. "Yang membuat kita kuat adalah doa. Yang membuat kita dewasa adalah masalah. Yang membuat kita maju adalah usaha keras".

Sekian dan terima kasih


 

Transfer Do'a Untuk Sang Penggerak... Bagian 3...

 


 Kemudian saya berpamitan untuk berangkat ke sekolah, disela waktu istirahat mengajar saya mencoba melakukan registrasi melalui akun SIM GPO. Setelah mencoba melakukan pendaftaran dengan syarat harus ada izin dari kepala sekolah dan rekan sejawat  yang kita harus ofloud dalam bentuk pdf. Maka tahap pendaftaran dinyatakan berhasil.

Setelah itu kita lanjut ketahap menjawab esai. Di sana sudah ada soal yang diberikan kita hanya menulis jawaban tidak jauh-jauh dari pengalaman kita sebagai guru, sebagai anggota masyarakat dan pengalaman dalam berorganisasi.

Tetap saja saya harus berhati-hati dalam menjawab soal tersebut, karena kemampuan saya dalam menulis dengan karakter yang panjang masih sangat minim, dengan tertatih-tatih merangkai kata agar kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya enak dibaca, cukup membuat detak jantung saya berdetak lebih kencang. Matapun terasa perih karena terlalu lama melihat layar hanphone. Maklum mata saya minus 2 ditambah selinder 1.7.

Beberapa kali saya harus menghapus kalimat yang tidak sesuai setelah dibaca ulang. Dalam hati berbisik “diawal pendaftaran saja sudah serumit ini apalagi kedepannya?”, Disaat rasa letih, bosan begitu kuat dan otakpun rasanya susah untuk diajak kompromi bayangan sosok isteri tercinta datang memberikan motivasi seakan mendapatkan suplai energi dan semangat yang luar biasa.

Seharusnya esai diketik terlebih dahulu di laptop agar mudah disimpan bisa dipelajari kembali saat tes wawancara. Tapi sayang laptop saya sudah tiga bulan yang lalu rusak dan belum bisa diperbaiki. Seharusnya saya beli laptop yang baru, tapi apalah daya keadaan keuangan lagi sedang memburuk.

Sebelum mendaftar kebetulan saya mendapatkan banyak ujian dari Tuhan, siang itu awan pekat menyelimuti sebgian langit, dunia terasa gelap padahal waktu menunjukkan pukul 14.00 Wita. Angin berhembus begitu kencang daun-daun berterbangan kesana-kemari disertai hujan yang turun begitu derasnya. “Mungkinkan alam marah atau Tuhan ingin mengakhiri kehidupan dunia ini?”

Saya masih berada dalam rumah bersama anak-anak, isteri masih melaksanakan solat zuhur. Tiba-tiba  saya merasakan air hujan jatuh membasahi seluruh badan, ternyata atap rumah sudah diterbangkan dalam hitungan detik. Semuanya terjadi begitu cepat tanpa saya sadari kapan diterbangkan, tanpa menyisakan sedikitpun, saya melihat anak-anak sepertinya menikmati bermain hujan di dalam rumah dengan riangngya. Seakan tidak merasakan kesedihan yang dirasakan orang tuanya.

Kemudian saya sadar untuk segera menyelamatkan barang-barang agar tidak banyak yang rusak terutama barang elektronik. Hal pertama yang saya lakukan adalah memutuskan aliran listrik agar tidak terjadi bahaya selanjutnya. Saya berlari kesana-kemari seperti orang gila untuk menutupi lemari pakaian yang terbuat dari kayu, kasur, dan barang yang lainnya dengan  pelastik, tikar dan alat yang bisa digunakan,

Dalam keadaan hujan saya masih melihat istrei masih khusuk menyelesaikan solatnya. Tapi apa daya saya lupa menyelamatkan laptop, saya melihat laptopnya sudah terendam air sampai sekarang tidak bisa dinyalakan lagi.  Disaat itu saya sama sekali tidak memiliki tabungan. Tabungan yang dikumpulkan selama 3 tahun untuk membangun rumah habis ditipu oleh orang yang menganggap dirinya sebagai sahabat.

Setahu saya sahabat tidak akan pernah tega melihat sahabatnya menderita apalagi sampai menipu sahabatnya sendiri. Atas perbuatannya yang tidak bertanggung jawab keuanganpun menjadi susah.

Mengingat perbuatannya membuat hati terasa sesak. Darah mengalir dengan kencang amarahpun memuncak ingin sekali dalam hati mengutuk semua perbuatannya agar dia mendapatkan balasan yang setimpal.

Tapi saya pikir itu adalah perbuatan yang sia-sia yang akan menambah sakit di hati. Disaat amarah memuncak, saya diam sebentar kemudian menarik napas panjang dan dikeluarkan pelan-pelan sambil mengucapkan Istigfar “astagfirullah halazim”. Berlahan saya mendapatkan ketenangan. Teknik ini bisa saya gunakan disaat hati dan pikiran sedang kacau karena banyaknya tugas dan beratnya cobaan hidup.

“Mengenai perbuatannya biarlah Allah yang menilai dan memberi ganjaran yang setimpal sesuai dengan perbuatannya”. Semuanya adalah titipan dari Allah SWT. Alhamdulilah setelah kembali ke titik nol, sadar bahwa ini adalah ujianNya.

Bersambung…


Transfer Do'a Untuk Sang Penggerak... Bagian 2...

Bagian 2

Tawa penuh ceria, beberapa siswa berlarian kesana-kemari seolah tak ingin seorangpun merampas masa remaja yang begitu indah. Sangat enerjik masa dimana mereka haus pengetahuan, penasaran dengan hal baru. Beberapa diantaranya menyapaku seolah tak ada batas diantara kami.

“Siang pak, Assalamualaikum pak, habis ngajar di kelas mana pak?” sapa mereka. Senang rasanya sekedar disapa oleh mereka. Rasa kesal, marah terobati karena beberapa siswa tidak mengerjakan tugas. Sebenarnya anak-anak yang menyapa saya juga bukan anak yang rajin, punya segudang prestasi atau anak yang pandai. Sebagian besarnya adalah anak di bawah rata-rata.

Dipojok kantin milik bu Ayu, tempat paling nyaman sekedar menikmati segelas kopi dan beberapa makanan ringan. Kantin ibu Ayu memang tempat pavorit bagi semua guru untuk menghabiskan waktu istirahat sebelum bel masuk. Tempatnya yang bersih, kursi, meja dan rak makanan tersusun rapi. Beberapa lukisan sengaja dipajang di setiap sudut sehingga menambah kenyaman siapa saja yang datang.

Cuaca pada siang itu sangat panas sekali, terasa matahari berada di atas kepala, sehingga keringatpun tanpa terasa mengalir dengan derasnya, sesekali saya menyeka keringat  menggunakan tisu yang tersedia di kantin. Tiba-tiba saya mendapatkan pesan singkat bahwa program guru penggerak angkatan ke-2 dibuka. “Terima kasih informasinya pak” membalas pesan dari rekan sejawat.

Setelah membayar semua pesanan. kulangkahkan kaki menuju para pemburu ilmu yang dari tadi mengharapkan kehadiranku. Langkah penuh harap semoga dengan mendaftar program guru penggerak saya mendapatkan jawaban dan solusi terhadap kekuranganku selama ini menjadi guru.

Sesampainya di rumah ingin rasanya menceritakan keinginan mendaftar sebagai guru penggerak. Ternyata isteri masih tertidur pulas. Setelah menyelesaikan makan siang dan solat zuhur,

Lega sekali rasanya, merasakan seluruh badan yang menempel di kasur, menghilangkan semua rasa capek dari segelumit rutinitas seharian. Saya merebahkan tubuh ini disamping isteri yang tertidur pulas. Saya tidak tega membangunkannya karena pasti sangat capek seharian menngurus rumah dan anak-anak. Disampingnya ada bayi kami yang masih berumur 5 bulan sedang menikamti ASI. Kubelai rambutnya, kecupan sayang di keningnya ”terima kasih bu” ucapku.

Pagi itu sang surya enggan untuk menampakan wajahnya angin semilir bersembunyi di balik awan hitam yang pekat, burung yang biasa bernyanyi hanya sesekali terdengar kicauannya. Saya yang sudah dari tadi siap untuk berangkat sekolah setelah menyelesaikan sarapan yang dibuat oleh istri tercinta.

Sambil tersenyum membawa segelas kopi yang masih hangat dan menyodorkannya. " mas bro silakan diminum kopinya" suara lembut itu menyadarkanku dari lamunan. " Ya mba bro terima kasih",  terkadang kami bercanda dengan memanggil mas bro dan mba bro.

Kemudian dia bertanya " apa yang bapak pikirkan?".  " Ini bu,  saya berkeinginan untuk mendaftarkan diri sebagai calon guru penggerak". " Apa itu guru penggerak tanyanya dengan lembut?", kemudian saya jelaskan seperti apa guru penggerak tersebut.

Tak kusangka responnya sangat baik, dengan penuh semangat dia memberikan motivasi untuk segera mendaftarkan diri. "Ini program yang sangat bagus buat bapak. apa yang menjadi masalahnya?" kupandangi wajahnya yang tulus tampak jelas ada beberapa kerutan yang sudah mulai nampak di wajahnya menandakan begitu besarnya pengorbanan yang sudah dilakukan untuk keluarga kecilku, karena kurang istirahat mengurus diriku dan anak-anak terlihat jelas matanya yang layu menandakan dirinya kurang tidur.

“Program ini sangat panjang Bu, apakah ibu mengijinkan saya untuk ikut program ini?".  " Pah...apapun itu, jika tujuannya bagus untuk bapak dan orang lain, ibu selalu mendukung dan mendoakan yang terbaik buat bapak". "Terima kasih bu, ibu memang sangat luar biasa, Bapak tidak salah memilih ibu sebagai pendamping bapak". Sambil mengecup tangannya yang dari tadi kugegam erat.

Bersambung…



 

Jumat, 06 Agustus 2021

Transfer Doa Untuk Sang Penggerak, Bagian Satu

Bagian Satu


Awal mendengar tentang guru penggerak bisa dibilang suatu kebetulan, berawal dari membaca status seorang teman di media sosial, beliau membuat status pengumuman pembukaan program guru penggerak angkatan 1. Saya tidak terlalu paham tentang program mas menteri ini, untuk menjawab rasa penasaran kemudian saya browsing di internet seperti apa sih program guru penggerak? bisik dalam hati saya.

Setelah browsing di internet saya mendapatkan gambaran tentang program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, BA, MBA, yang lebih dikenal dengan sebutan mas Menteri.

Awalnya ragu dan sungkan untuk bertanya perihal status beliau akan tetapi rasa penasaran lebih kuat dari rasa malu, kemudian saya memberanikan diri untuk menanyakan perihal informasi yang dibagikan. Saya ambil hanphone yang biasa saya taruh di samping bantal tempat tidur, setelah pulang dari sekolah dengan rutinitas mengajar biasanya saya setelah sholat zuhur, makan siang, bercengkarama dengan anak dan isteri saya merebahkan diri untuk istirahat untuk mengembalikan tenaga karena seharian bekerja.

Sambil menarik nafas panjang saya menekan nomor kontak beliau, telpon saya berdering menunjukkan jika nomor kontak beliau aktik, “dalam hati saya bergumam semoga beliau tidak sibuk dan tidak terganggu dengan panggilan saya”, lagi-lagi saya menarik nafas panjang. Syukur saja belum selesai saya menghembuskan nafas dari kejauhan terdengar suara beliau yang sopan dan lembut mengucapkan salam.

“Assalamulaikum pak ada yang bisa saya bantu sapa beliau dengan sopan?” saya yang mendengar itu langsung menjawab dengan terbata-bata sambil menjawab “walaikum salam pak kasi”. Ya beliau dulunya rekan sejawat waktu masih mengajar di SMAN 1 Kuripan, beliau terkenal sebagai guru yang baik, sabar dan lembut kepada semua orang guru, staf dan siswa.

Sebagai junior saya banyak belajar bagaimana cara menjadi guru yang baik. Sekarang beliau ditugaskan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat, nama beliau  Bapak Rizaldi Harmonika Maas. S. Pd. “Ada yang bisa saya bantu pak?”. Beliau mengulang kembali pertanyaannya, saya dengan cepat menjawab. “Saya membaca status pak Kasi di tentang guru penggerak, saya ingin mendaftarkan diri tapi untuk Kabupaten Lombok Barat belum dibuka ucap saya”. Dengan sabar beliau menjelaskan,

“Maaf pak memang untuk Lombok Barat nanti di Angkatan ke-2 sekarang pendaftaran untuk Kabupaten Bima, Kota Bima dan Kabupaten Lombok Timur pak”. “oh iya pak? timpal saya”. “nanti jika ada pembukaan untuk Kabupaten Lombok Barat saya kabari ya” ucap beliau. Karena tidak mau mengganggu tugas beliau akhirnya saya memutuskan untuk menghentikan komunikasi. “terima kasih pak kasi atas infonya”. Kemudian pembicaraan saya hentikan dengan ucapan salam.

Bersambung…