Kamis, 12 Agustus 2021

Transfer Do'a Untuk Sang Penggerak... Bagian 3...

 


 Kemudian saya berpamitan untuk berangkat ke sekolah, disela waktu istirahat mengajar saya mencoba melakukan registrasi melalui akun SIM GPO. Setelah mencoba melakukan pendaftaran dengan syarat harus ada izin dari kepala sekolah dan rekan sejawat  yang kita harus ofloud dalam bentuk pdf. Maka tahap pendaftaran dinyatakan berhasil.

Setelah itu kita lanjut ketahap menjawab esai. Di sana sudah ada soal yang diberikan kita hanya menulis jawaban tidak jauh-jauh dari pengalaman kita sebagai guru, sebagai anggota masyarakat dan pengalaman dalam berorganisasi.

Tetap saja saya harus berhati-hati dalam menjawab soal tersebut, karena kemampuan saya dalam menulis dengan karakter yang panjang masih sangat minim, dengan tertatih-tatih merangkai kata agar kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya enak dibaca, cukup membuat detak jantung saya berdetak lebih kencang. Matapun terasa perih karena terlalu lama melihat layar hanphone. Maklum mata saya minus 2 ditambah selinder 1.7.

Beberapa kali saya harus menghapus kalimat yang tidak sesuai setelah dibaca ulang. Dalam hati berbisik “diawal pendaftaran saja sudah serumit ini apalagi kedepannya?”, Disaat rasa letih, bosan begitu kuat dan otakpun rasanya susah untuk diajak kompromi bayangan sosok isteri tercinta datang memberikan motivasi seakan mendapatkan suplai energi dan semangat yang luar biasa.

Seharusnya esai diketik terlebih dahulu di laptop agar mudah disimpan bisa dipelajari kembali saat tes wawancara. Tapi sayang laptop saya sudah tiga bulan yang lalu rusak dan belum bisa diperbaiki. Seharusnya saya beli laptop yang baru, tapi apalah daya keadaan keuangan lagi sedang memburuk.

Sebelum mendaftar kebetulan saya mendapatkan banyak ujian dari Tuhan, siang itu awan pekat menyelimuti sebgian langit, dunia terasa gelap padahal waktu menunjukkan pukul 14.00 Wita. Angin berhembus begitu kencang daun-daun berterbangan kesana-kemari disertai hujan yang turun begitu derasnya. “Mungkinkan alam marah atau Tuhan ingin mengakhiri kehidupan dunia ini?”

Saya masih berada dalam rumah bersama anak-anak, isteri masih melaksanakan solat zuhur. Tiba-tiba  saya merasakan air hujan jatuh membasahi seluruh badan, ternyata atap rumah sudah diterbangkan dalam hitungan detik. Semuanya terjadi begitu cepat tanpa saya sadari kapan diterbangkan, tanpa menyisakan sedikitpun, saya melihat anak-anak sepertinya menikmati bermain hujan di dalam rumah dengan riangngya. Seakan tidak merasakan kesedihan yang dirasakan orang tuanya.

Kemudian saya sadar untuk segera menyelamatkan barang-barang agar tidak banyak yang rusak terutama barang elektronik. Hal pertama yang saya lakukan adalah memutuskan aliran listrik agar tidak terjadi bahaya selanjutnya. Saya berlari kesana-kemari seperti orang gila untuk menutupi lemari pakaian yang terbuat dari kayu, kasur, dan barang yang lainnya dengan  pelastik, tikar dan alat yang bisa digunakan,

Dalam keadaan hujan saya masih melihat istrei masih khusuk menyelesaikan solatnya. Tapi apa daya saya lupa menyelamatkan laptop, saya melihat laptopnya sudah terendam air sampai sekarang tidak bisa dinyalakan lagi.  Disaat itu saya sama sekali tidak memiliki tabungan. Tabungan yang dikumpulkan selama 3 tahun untuk membangun rumah habis ditipu oleh orang yang menganggap dirinya sebagai sahabat.

Setahu saya sahabat tidak akan pernah tega melihat sahabatnya menderita apalagi sampai menipu sahabatnya sendiri. Atas perbuatannya yang tidak bertanggung jawab keuanganpun menjadi susah.

Mengingat perbuatannya membuat hati terasa sesak. Darah mengalir dengan kencang amarahpun memuncak ingin sekali dalam hati mengutuk semua perbuatannya agar dia mendapatkan balasan yang setimpal.

Tapi saya pikir itu adalah perbuatan yang sia-sia yang akan menambah sakit di hati. Disaat amarah memuncak, saya diam sebentar kemudian menarik napas panjang dan dikeluarkan pelan-pelan sambil mengucapkan Istigfar “astagfirullah halazim”. Berlahan saya mendapatkan ketenangan. Teknik ini bisa saya gunakan disaat hati dan pikiran sedang kacau karena banyaknya tugas dan beratnya cobaan hidup.

“Mengenai perbuatannya biarlah Allah yang menilai dan memberi ganjaran yang setimpal sesuai dengan perbuatannya”. Semuanya adalah titipan dari Allah SWT. Alhamdulilah setelah kembali ke titik nol, sadar bahwa ini adalah ujianNya.

Bersambung…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar