Kemudian saya berpamitan untuk berangkat ke
sekolah, disela waktu istirahat mengajar saya mencoba melakukan registrasi
melalui akun SIM GPO. Setelah mencoba melakukan pendaftaran dengan syarat harus
ada izin dari kepala sekolah dan rekan sejawat
yang kita harus ofloud dalam bentuk pdf. Maka tahap pendaftaran dinyatakan
berhasil.
Setelah
itu kita lanjut ketahap menjawab esai. Di sana sudah ada soal yang diberikan kita
hanya menulis jawaban tidak jauh-jauh dari pengalaman kita sebagai guru, sebagai
anggota masyarakat dan pengalaman dalam berorganisasi.
Tetap
saja saya harus berhati-hati dalam menjawab soal tersebut, karena kemampuan
saya dalam menulis dengan karakter yang panjang masih sangat minim, dengan
tertatih-tatih merangkai kata agar kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya enak
dibaca, cukup membuat detak jantung saya berdetak lebih kencang. Matapun terasa
perih karena terlalu lama melihat layar hanphone. Maklum mata saya minus 2 ditambah
selinder 1.7.
Beberapa
kali saya harus menghapus kalimat yang tidak sesuai setelah dibaca ulang. Dalam
hati berbisik “diawal pendaftaran saja sudah serumit ini apalagi kedepannya?”, Disaat
rasa letih, bosan begitu kuat dan otakpun rasanya susah untuk diajak kompromi
bayangan sosok isteri tercinta datang memberikan motivasi seakan mendapatkan
suplai energi dan semangat yang luar biasa.
Seharusnya
esai diketik terlebih dahulu di laptop agar mudah disimpan bisa dipelajari
kembali saat tes wawancara. Tapi sayang laptop saya sudah tiga bulan yang lalu
rusak dan belum bisa diperbaiki. Seharusnya saya beli laptop yang baru, tapi
apalah daya keadaan keuangan lagi sedang memburuk.
Sebelum
mendaftar kebetulan saya mendapatkan banyak ujian dari Tuhan, siang itu awan
pekat menyelimuti sebgian langit, dunia terasa gelap padahal waktu menunjukkan
pukul 14.00 Wita. Angin berhembus begitu kencang daun-daun berterbangan
kesana-kemari disertai hujan yang turun begitu derasnya. “Mungkinkan alam marah
atau Tuhan ingin mengakhiri kehidupan dunia ini?”
Saya
masih berada dalam rumah bersama anak-anak, isteri masih melaksanakan solat
zuhur. Tiba-tiba saya merasakan air
hujan jatuh membasahi seluruh badan, ternyata atap rumah sudah diterbangkan dalam
hitungan detik. Semuanya terjadi begitu cepat tanpa saya sadari kapan diterbangkan,
tanpa menyisakan sedikitpun, saya melihat anak-anak sepertinya menikmati bermain
hujan di dalam rumah dengan riangngya. Seakan tidak merasakan kesedihan yang
dirasakan orang tuanya.
Kemudian
saya sadar untuk segera menyelamatkan barang-barang agar tidak banyak yang
rusak terutama barang elektronik. Hal pertama yang saya lakukan adalah
memutuskan aliran listrik agar tidak terjadi bahaya selanjutnya. Saya berlari
kesana-kemari seperti orang gila untuk menutupi lemari pakaian yang terbuat
dari kayu, kasur, dan barang yang lainnya dengan pelastik, tikar dan alat yang bisa digunakan,
Dalam
keadaan hujan saya masih melihat istrei masih khusuk menyelesaikan solatnya.
Tapi apa daya saya lupa menyelamatkan laptop, saya melihat laptopnya sudah
terendam air sampai sekarang tidak bisa dinyalakan lagi. Disaat itu saya sama sekali tidak memiliki
tabungan. Tabungan yang dikumpulkan selama 3 tahun untuk membangun rumah habis
ditipu oleh orang yang menganggap dirinya sebagai sahabat.
Setahu
saya sahabat tidak akan pernah tega melihat sahabatnya menderita apalagi sampai
menipu sahabatnya sendiri. Atas perbuatannya yang tidak bertanggung jawab
keuanganpun menjadi susah.
Mengingat
perbuatannya membuat hati terasa sesak. Darah mengalir dengan kencang amarahpun
memuncak ingin sekali dalam hati mengutuk semua perbuatannya agar dia
mendapatkan balasan yang setimpal.
Tapi
saya pikir itu adalah perbuatan yang sia-sia yang akan menambah sakit di hati. Disaat
amarah memuncak, saya diam sebentar kemudian menarik napas panjang dan
dikeluarkan pelan-pelan sambil mengucapkan Istigfar “astagfirullah halazim”.
Berlahan saya mendapatkan ketenangan. Teknik ini bisa saya gunakan disaat hati
dan pikiran sedang kacau karena banyaknya tugas dan beratnya cobaan hidup.
“Mengenai
perbuatannya biarlah Allah yang menilai dan memberi ganjaran yang setimpal
sesuai dengan perbuatannya”. Semuanya adalah titipan dari Allah SWT. Alhamdulilah
setelah kembali ke titik nol, sadar bahwa ini adalah ujianNya.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar