Tawa
penuh ceria, beberapa siswa berlarian kesana-kemari seolah tak ingin
seorangpun merampas masa remaja yang begitu indah. Sangat enerjik masa dimana
mereka haus pengetahuan, penasaran dengan hal baru. Beberapa diantaranya
menyapaku seolah tak ada batas diantara kami.
“Siang
pak, Assalamualaikum pak, habis ngajar di kelas mana pak?” sapa mereka. Senang
rasanya sekedar disapa oleh mereka. Rasa kesal, marah terobati karena beberapa
siswa tidak mengerjakan tugas. Sebenarnya anak-anak yang menyapa saya juga
bukan anak yang rajin, punya segudang prestasi atau anak yang pandai. Sebagian
besarnya adalah anak di bawah rata-rata.
Dipojok
kantin milik bu Ayu, tempat paling nyaman sekedar menikmati segelas kopi dan beberapa
makanan ringan. Kantin ibu Ayu memang tempat pavorit bagi semua guru untuk
menghabiskan waktu istirahat sebelum bel masuk. Tempatnya yang bersih, kursi,
meja dan rak makanan tersusun rapi. Beberapa lukisan sengaja dipajang di setiap
sudut sehingga menambah kenyaman siapa saja yang datang.
Cuaca
pada siang itu sangat panas sekali, terasa matahari berada di atas kepala,
sehingga keringatpun tanpa terasa mengalir dengan derasnya, sesekali saya
menyeka keringat menggunakan tisu yang
tersedia di kantin. Tiba-tiba saya mendapatkan pesan singkat bahwa program guru
penggerak angkatan ke-2 dibuka. “Terima kasih informasinya pak” membalas pesan
dari rekan sejawat.
Setelah
membayar semua pesanan. kulangkahkan kaki menuju para pemburu ilmu yang dari
tadi mengharapkan kehadiranku. Langkah penuh harap semoga dengan mendaftar
program guru penggerak saya mendapatkan jawaban dan solusi terhadap
kekuranganku selama ini menjadi guru.
Sesampainya
di rumah ingin rasanya menceritakan keinginan mendaftar sebagai guru penggerak.
Ternyata isteri masih tertidur pulas. Setelah menyelesaikan makan siang dan
solat zuhur,
Lega
sekali rasanya, merasakan seluruh badan yang menempel di kasur, menghilangkan
semua rasa capek dari segelumit rutinitas seharian. Saya merebahkan tubuh ini
disamping isteri yang tertidur pulas. Saya tidak tega membangunkannya karena
pasti sangat capek seharian menngurus rumah dan anak-anak. Disampingnya ada
bayi kami yang masih berumur 5 bulan sedang menikamti ASI. Kubelai rambutnya,
kecupan sayang di keningnya ”terima kasih bu” ucapku.
Pagi
itu sang surya enggan untuk menampakan wajahnya angin semilir bersembunyi di
balik awan hitam yang pekat, burung yang biasa bernyanyi hanya sesekali
terdengar kicauannya. Saya yang sudah dari tadi siap untuk berangkat sekolah
setelah menyelesaikan sarapan yang dibuat oleh istri tercinta.
Sambil
tersenyum membawa segelas kopi yang masih hangat dan menyodorkannya. " mas
bro silakan diminum kopinya" suara lembut itu menyadarkanku dari lamunan.
" Ya mba bro terima kasih", terkadang kami bercanda dengan memanggil mas
bro dan mba bro.
Kemudian
dia bertanya " apa yang bapak pikirkan?". " Ini bu, saya berkeinginan untuk mendaftarkan diri
sebagai calon guru penggerak". " Apa itu guru penggerak tanyanya
dengan lembut?", kemudian saya jelaskan seperti apa guru penggerak
tersebut.
Tak
kusangka responnya sangat baik, dengan penuh semangat dia memberikan motivasi
untuk segera mendaftarkan diri. "Ini program yang sangat bagus buat bapak.
apa yang menjadi masalahnya?" kupandangi wajahnya yang tulus tampak jelas
ada beberapa kerutan yang sudah mulai nampak di wajahnya menandakan begitu
besarnya pengorbanan yang sudah dilakukan untuk keluarga kecilku, karena kurang
istirahat mengurus diriku dan anak-anak terlihat jelas matanya yang layu
menandakan dirinya kurang tidur.
“Program
ini sangat panjang Bu, apakah ibu mengijinkan saya untuk ikut program
ini?". " Pah...apapun itu,
jika tujuannya bagus untuk bapak dan orang lain, ibu selalu mendukung dan
mendoakan yang terbaik buat bapak". "Terima kasih bu, ibu memang
sangat luar biasa, Bapak tidak salah memilih ibu sebagai pendamping
bapak". Sambil mengecup tangannya yang dari tadi kugegam erat.
Bersambung…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar