Jumat, 16 Juli 2021

7 Alasan Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Dapat Berhasil

 



7 Alasan Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Dapat Berhasil ( Ini adalah terjemahan bebas dari artikel yang dipublikasikan melalui website https://inservice.ascd.org/7-reasons-why-differentiated-instruction-works/) dan terjemahannya di ambil dari modul 2.1.a.8 elaborasi pemahaman konsep Kursus: 31. PPPPTK PKn dan IPS - DRS. HM IMRON ROSYADI, M.M. PPGP 2, Section: Modul 2.1. (simpkb.id)

Berbicara tentang Pembelajaran Berdiferensiasi (Diferentiated Instruction/ DI) harus dimulai dengan pemahaman yang akurat tentang apa itu DI — dan apa itu yang bukan DI. Anda mungkin terkejut mengetahui betapa mudahnya Pembelajaran Berdiferensiasi dilakukan di kelas Anda. 

1. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif. 

Dalam kelas, guru akan berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda dan secara proaktif merencanakan pembelajaran yang menyediakan berbagai cara untuk "mencapai" dan mengekspresikan pembelajaran. Guru mungkin masih perlu menyempurnakan pembelajaran untuk beberapa murid, tetapi karena guru tahu beragam kebutuhan muridnya di dalam kelas dan memilih opsi pembelajaran yang sesuai, maka kemungkinan besar pengalaman belajar yang mereka rancang akan cocok untuk sebagian besar murid. Diferensiasi yang efektif biasanya dirancang agar cukup kuat untuk melibatkan dan menantang beragam murid di kelas. 

2. Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif. Banyak guru secara salah berasumsi bahwa mendiferensiasi pembelajaran berarti memberi beberapa murid lebih banyak pekerjaan untuk dilakukan, dan yang lainnya lebih sedikit. Misalnya, seorang guru memberikan murid, yang memiliki kemampuan membaca yang lebih tinggi, tugas untuk membuat dua buah laporan buku, sementara murid yang kemampuannya lebih rendah hanya satu laporan saja. Atau seorang murid yang kesulitan dalam pelajaran matematika hanya diharuskan menyelesaikan tugas hitungan atau operasi bilangan, sementara murid yang lebih tinggi kemampuan diminta menyelesaikan tugas hitungan dan ditambah dengan soal-soal cerita. 

Meskipun pendekatan diferensiasi seperti itu mungkin tampak masuk akal, namun yang seperti itu biasanya tidak efektif. Membuat laporan tentang satu buku bisa saja tetap akan dirasa sebagai tuntutan yang tinggi untuk murid yang memang kesulitan. 

Seorang murid yang telah menunjukkan penguasaan satu keterampilan matematika akan siap untuk mulai bekerja dengan keterampilan yang lebih sulit. Menyesuaikan jumlah tugas biasanya akan kurang efektif daripada mengubah sifat tugas. 

3. Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada penilaian. Guru yang memahami bahwa pendekatan belajar mengajar harus sesuai dengan kebutuhan murid, akan mencari setiap kesempatan untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik. Mereka melihat percakapan individu, diskusi kelas, pekerjaan murid, observasi, dan penilaian formal sebagai cara untuk terus mendapatkan wawasan tentang apa yang paling berhasil untuk setiap muridnya. Apa yang mereka pelajari akan menjadi katalis untuk menyusun dan merancang pembelajaran dengan cara-cara yang membantu setiap murid memaksimalkan potensi dan bakatnya. 

Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian tidak lagi didominasi sesuatu yang terjadi pada akhir unit untuk menentukan "siapa yang mendapatkannya." Pra- penilaian diagnostik secara rutin akan dilakukan saat unit dimulai. Di sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid. Produk akhir, atau cara 

lain dari penilaian "akhir" atau sumatif, akan mengambil berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya selama unit tersebut berlangsung. 

4. Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk. 

Di semua ruang kelas, guru berurusan dengan setidaknya tiga elemen kurikuler: (1) konten — masukan, apa yang dipelajari murid; (2) proses — bagaimana murid berupaya memahami ide dan informasi; dan (3) produk — keluaran, atau bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. 

Dengan membedakan ketiga elemen ini, guru menawarkan pendekatan berbeda terhadap apa yang dipelajari murid, bagaimana mereka mempelajarinya, dan bagaimana mereka menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Kesamaan dari pendekatan yang berbeda ini adalah bahwa semuanya dibuat untuk mendorong pertumbuhan semua murid dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara keseluruhan maupun untuk murid secara individu. 

5. Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi beroperasi pada premis bahwa pengalaman belajar paling efektif adalah ketika pembelajaran tersebut berhasil mengundang murid untuk terlibat, relevan, dan menarik bagi murid. Akibat dari premis itu adalah bahwa semua murid tidak akan selalu menemukan jalan yang sama untuk belajar yang sama mengundang, relevan, dan menariknya. Lebih lanjut, pembelajaran berdiferensiasi mengakui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang akan datang harus dibangun di atas pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya — dan bahwa tidak semua murid memiliki fondasi belajar yang sama pada awal proses pembelajaran. Para guru yang membedakan pengajaran di kelas-kelas yang memiliki keragaman secara akademis berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang secara tepat menantang untuk semua murid mereka. Guru-guru ini menyadari bahwa kadang-kadang tugas yang tidak menantang bagi beberapa peserta didik bisa jadi sangat rumit bagi yang lain. 

6. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual. Ada waktu ketika pembelajaran seluruh kelas adalah pilihan yang efektif dan efisien. Ini berguna untuk membangun pemahaman bersama, misalnya, dan memberikan kesempatan untuk diskusi dan ulasan bersama yang dapat membangun rasa kebersamaan. Pembelajaran berdiferensiasi ditandai oleh irama berulang dari melakukan persiapan kelas, mengulas kembali, dan berbagi, yang kemudian diikuti oleh kesempatan untuk eksplorasi individu atau kelompok kecil, ekstensi, dan produksi. 

7. Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis. Di ruang kelas yang berbeda, mengajar adalah sebuah evolusi. murid dan guru sama-sama pembelajar. Guru mungkin tahu lebih banyak tentang materi pelajaran, namun mereka juga terus belajar tentang bagaimana murid mereka belajar. Kolaborasi yang berkelanjutan dengan murid diperlukan untuk memperbaiki peluang belajar agar efektif untuk setiap murid. Guru memantau kecocokan antara kebutuhan murid dan proses pembelajaran mereka serta membuat penyesuaian sebagaimana diperlukan. 

Diadaptasi dari How to Differentiate Instruction in Academically Diverse Classrooms, 3rd Edition, oleh Carol Ann Tomlinson, Alexandria, VA: ASCD. ©2017 oleh ASCD. Hak cipta terdaftar.

Kamis, 15 Juli 2021

Modul 2.1 tugas 2.1.a.6 Refleksi Terbimbing

sumber kemdikbud


assalamualaikum wr.wb.kth. selamat berbahagia Bapak/Ibu guru hebat pada kesempatan kali ini saya ingin menyapa Bapak/Ibu guru hebat semua dimanapun anda berada semoga nada semua dalam keadaan sehat dan tetap semangat dalam menjalankan tugas sebagai guru. dan dalam kesempatan kali ini saya akan berbagi tentang refleksi terbimbing dari modul 2.1 dengan materi yang cukup bagus menurut saya karena materi ini kita dibantu untuk menjawab permasalahan yang sering kita jumpai dalam kelas kita yang sering di alami oleh siswa terkait keberagaman yang dimiliki dari siswa itu sendiri baik dari agama, suku, etnis, bahasa, gaya belajar dan minat belajar siswa. 

untuk membantu kita membuat refleksi terbimbing kita dibantu oleh beberapa pertanyaan anatara lain sebagai berikut:

  1. Dari apa yang sudah Anda pelajari, materi apa yang menurut Anda dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang terkait dengan pembelajaran di kelas Anda?
  2. Apa yang menurut Anda sulit untuk diterapkan? Mengapa menurut Anda hal tersebut sulit diterapkan?
  3. Jika Anda harus menerapkan hal yang sulit tersebut, dukungan Apa yang Anda perlukan? Kemana atau bagaimana Anda akan dapat mengakses dukungan tersebut.
  4. Jika Anda menghadapi sebuah situasi, dimana kebutuhan belajar siswa Anda tidak dapat diakomodasi oleh pembelajaran berdiferensiasi beranikah Anda mengambil risiko untuk memodifikasi pembelajaran Anda, meskipun hal tersebut mungkin tidak umum atau tidak sesuai dengan sistem yang ada? Jelaskan pendapat Anda dengan alasannya.
Berikut jawaban atas pertanyaan di atas
  1. bentuk permasalahan dalam mengajar dari dulu sampai sekarang pasti sama akan tetapi pemecahannya yang terkadang belum tepat. Berdasarkan apa yang telah saya pelajari pada modul ini pembelajaran berdiferensiasi merupakan solusi bagi permasalahan terkait pembelajaran. Tentunya di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas pastinya seorang guru akan menemui murid yang beraneka ragam, baik dari segi kemampuan dasarnya, minatnya, gaya belajarnya dll. Nah agar guru dapat melaksanakan pembelajaran yang dapat mengakomodir semua perbedaan siswa tersebut maka guru harus melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Adapun diferensiasi yang dapat dilakukan oleh guru yaitu dari segi konten, proses, dan juga produk yang dihasilkan siswa. dengan demikian pembelajaran akan lebih berkesan dan tidak membosankan untuk murid dikarenakan pembelajaran dapat memenuhi semua kebutuhan murid yang beragam.
  2. Menurut saya yang sulit diterapkan dalam pembelajaran berdiferensiasi yaitu mengenali kebutuhan belajar murid. Dengan jumlah siswa yang mencapai 30 orang dengan beraneka ragam latar belakang, tentunya perlu waktu yang ekstra bagi seorang guru untuk mengenali kebutuhan belajar muridnya. Apalagi dalam situasi pembelajaran daring seperti ini dimana guru tidak bisa bertemu dengan muridnya, perlu strategi dan inovasi untuk dapat mengenali masing-masing siswa. sulitnya jalinan komunikasi antar murid dan guru merupakan faktor penghambat untuk menemukan solusi permasalahan di atas. sehingga kunci dan strategi yang yang diperlukan sangatlah sulit untuk dipertemukan pemecahannya. akan tetapi dengan kesabaran dan kerja keras dan kolaboraborasi yang solid antar murid dan guru akan menemukan keinginan yang sama.
  3. dukungan sangat penting untuk membantu kesuksesan guru dan murid dalam mewujudkan tujuan belajar yang menyenangkan. Dukungan yang saya perlukan yaitu dukungan penuh dari orang tua siswa untuk memastikan anak-anaknya dapat terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga guru dapat mengenali murid-muridnya dengan baik. Selain itu, saya juga harus memastikan para orang tua agar mendampingi anak-anaknya saat saya melakukan sebuah survey untuk mengetahui profil murid saya, memastikan semua murid mengisi surveynya. Untuk mendapat dukungan tersebut tentunya saya akan mengoptimalkan grup paguyuban yang telah saya bentuk sebelumnya dan berkomunikasi melalui whatsapp grup. disamping itu juga dukungan dari kepala sekolah untuk memfasilitasi guru dan murid dalam pembelajaran itu sangat penting baik dari segi dukungan moril dan alat-alat peraga atau alat bantu dalam belajar sangat dibutuhkan.
  4. Menurut saya, jika saya berada pada situasi dimana kebutuhan belajar siswa saya tidak dapat diakomodasi oleh pembelajaran berdiferensiasi, maka saya akan dengan berani mengambil risiko untuk memodifikasi pembelajaran yang saya lakukan, meskipun hal tersebut mungkin tidak umum atau tidak sesuai dengan sistem yang ada. Kondisi siswa di kelas secara penuh diketahui oleh gurunya, oleh karena itu guru berhak melakukan berbagai macam inovasi dan kreatifitas dalam melaksanakan pembelajaran dengan tujuan agar semua siswa mendapatkan pembelajaran sesuai yang mereka butuhkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. dan semua anak merasakan pembelajaran yang mereka inginkan kenapa tidak saya harus mengambil keputasan yang berbeda dari kebiasaannya.

Minggu, 11 Juli 2021

jurnal mingguan ke-9



Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  3. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
  4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.


 Facts Peristiwa)

minggu pertama saya saya mempelajari materi pembelajaran berdiferensiasi. materinya cukup menarik dan mudah difahami akan tetapi faktanya menunjukkan bahwa saya selama ini belum melakukan pembelajaran berdiferensiasi dalam proses mengajar selama ini.

Feelings (Perasaan)

minggu pertama saya saya mempelajari materi pembelajaran berdiferensiasi. terasa ada perasaan bersalah pada diri karena selama ini saya mengajar tidak memperhatikan minat dari siswa akan tetapi saya memaksakan keinginan saya, gaya belajar saya sendiri dan cara menyelesaikan tugas atau produk semuanya sesuai dengan gaya saya tanpa melihat dan mendengar dari keinginan siswa.

Findings (pemebeljaran)

melalui ruang kolaborasi dan berdiskusi dengan fasilitator maupun dengan peserta lainnya saya mendapatkan pencerahan dan motivasi untuk bisa menjadi guru yang lebih baik lagi kedepannya yang selalu memperhatikan minat siswa, profil pelajar siswa dan potensi yang dimilikinya sehingga kedepannya saya mampu mencetak generasi yang berhasil dan berbahagia.

Future (Penerapan)

untuk kedepannya saya akan lebih terbuka lagi berdiskusi dengan rekan GP maupun fasilitator agar saya lebih maksimal dalam melaksanakan tugas sebagai guru dan bisa menjadi guru yang baik dalam menuntuk siswa saya untuk meunuju kebahagiaan yang tertinggi.

kunci dari semua ini adalah tidak ada yang sulit dalam mengerjakan sesuatu jika kita mau memulai dan berusaha.

demikian refleksi mingguan saya, teruslah bergerak agar tidak tertinggal lebih jauh demi kemajuan Banggsa.