7 Alasan Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Dapat Berhasil ( Ini adalah terjemahan bebas dari artikel yang dipublikasikan melalui website https://inservice.ascd.org/7-reasons-why-differentiated-instruction-works/) dan terjemahannya di ambil dari modul 2.1.a.8 elaborasi pemahaman konsep Kursus: 31. PPPPTK PKn dan IPS - DRS. HM IMRON ROSYADI, M.M. PPGP 2, Section: Modul 2.1. (simpkb.id)
Berbicara tentang
Pembelajaran Berdiferensiasi (Diferentiated Instruction/ DI) harus
dimulai dengan pemahaman yang akurat tentang apa itu DI — dan apa itu yang
bukan DI. Anda mungkin terkejut mengetahui betapa mudahnya Pembelajaran
Berdiferensiasi dilakukan di kelas Anda.
1. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah
bersifat proaktif.
Dalam kelas, guru akan
berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda dan secara
proaktif merencanakan pembelajaran yang menyediakan berbagai cara untuk
"mencapai" dan mengekspresikan pembelajaran. Guru mungkin masih perlu
menyempurnakan pembelajaran untuk beberapa murid, tetapi karena guru tahu
beragam kebutuhan muridnya di dalam kelas dan memilih opsi pembelajaran yang
sesuai, maka kemungkinan besar pengalaman belajar yang mereka rancang akan
cocok untuk sebagian besar murid. Diferensiasi yang efektif biasanya dirancang
agar cukup kuat untuk melibatkan dan menantang beragam murid di kelas.
2. Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat
kualitatif daripada kuantitatif. Banyak guru secara salah berasumsi bahwa mendiferensiasi
pembelajaran berarti memberi beberapa murid lebih banyak pekerjaan untuk
dilakukan, dan yang lainnya lebih sedikit. Misalnya, seorang guru memberikan
murid, yang memiliki kemampuan membaca yang lebih tinggi, tugas untuk membuat
dua buah laporan buku, sementara murid yang kemampuannya lebih rendah hanya
satu laporan saja. Atau seorang murid yang kesulitan dalam pelajaran matematika
hanya diharuskan menyelesaikan tugas hitungan atau operasi bilangan, sementara
murid yang lebih tinggi kemampuan diminta menyelesaikan tugas hitungan dan
ditambah dengan soal-soal cerita.
Meskipun pendekatan
diferensiasi seperti itu mungkin tampak masuk akal, namun yang seperti itu
biasanya tidak efektif. Membuat laporan tentang satu buku bisa saja tetap akan
dirasa sebagai tuntutan yang tinggi untuk murid yang memang kesulitan.
Seorang murid yang
telah menunjukkan penguasaan satu keterampilan matematika akan siap untuk mulai
bekerja dengan keterampilan yang lebih sulit. Menyesuaikan jumlah tugas
biasanya akan kurang efektif daripada mengubah sifat tugas.
3. Pembelajaran Berdiferensiasi berakar
pada penilaian. Guru yang memahami bahwa pendekatan belajar mengajar harus
sesuai dengan kebutuhan murid, akan mencari setiap kesempatan untuk mengenal
murid mereka dengan lebih baik. Mereka melihat percakapan individu, diskusi
kelas, pekerjaan murid, observasi, dan penilaian formal sebagai cara untuk
terus mendapatkan wawasan tentang apa yang paling berhasil untuk setiap muridnya.
Apa yang mereka pelajari akan menjadi katalis untuk menyusun dan merancang
pembelajaran dengan cara-cara yang membantu setiap murid memaksimalkan potensi
dan bakatnya.
Di dalam pembelajaran
berdiferensiasi, penilaian tidak lagi didominasi sesuatu yang terjadi pada
akhir unit untuk menentukan "siapa yang mendapatkannya." Pra-
penilaian diagnostik secara rutin akan dilakukan saat unit dimulai. Di
sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan
pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman
belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid.
Produk akhir, atau cara
lain dari penilaian
"akhir" atau sumatif, akan mengambil berbagai bentuk, dengan tujuan
untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil
belajarnya selama unit tersebut berlangsung.
4. Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan
beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk.
Di semua ruang kelas,
guru berurusan dengan setidaknya tiga elemen kurikuler: (1) konten — masukan,
apa yang dipelajari murid; (2) proses — bagaimana murid berupaya memahami ide
dan informasi; dan (3) produk — keluaran, atau bagaimana murid menunjukkan apa
yang telah mereka pelajari.
Dengan membedakan
ketiga elemen ini, guru menawarkan pendekatan berbeda terhadap apa yang
dipelajari murid, bagaimana mereka mempelajarinya, dan bagaimana mereka
menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Kesamaan dari pendekatan yang
berbeda ini adalah bahwa semuanya dibuat untuk mendorong pertumbuhan semua
murid dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan
untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara
keseluruhan maupun untuk murid secara individu.
5. Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada
murid. Pembelajaran
berdiferensiasi beroperasi pada premis bahwa pengalaman belajar paling efektif
adalah ketika pembelajaran tersebut berhasil mengundang murid untuk terlibat,
relevan, dan menarik bagi murid. Akibat dari premis itu adalah bahwa semua
murid tidak akan selalu menemukan jalan yang sama untuk belajar yang sama
mengundang, relevan, dan menariknya. Lebih lanjut, pembelajaran berdiferensiasi
mengakui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang akan datang harus
dibangun di atas pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya — dan
bahwa tidak semua murid memiliki fondasi belajar yang sama pada awal proses
pembelajaran. Para guru yang membedakan pengajaran di kelas-kelas yang memiliki
keragaman secara akademis berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang
secara tepat menantang untuk semua murid mereka. Guru-guru ini menyadari bahwa
kadang-kadang tugas yang tidak menantang bagi beberapa peserta didik bisa jadi
sangat rumit bagi yang lain.
6. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan
perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual. Ada waktu ketika pembelajaran seluruh kelas
adalah pilihan yang efektif dan efisien. Ini berguna untuk membangun pemahaman
bersama, misalnya, dan memberikan kesempatan untuk diskusi dan ulasan bersama
yang dapat membangun rasa kebersamaan. Pembelajaran berdiferensiasi ditandai
oleh irama berulang dari melakukan persiapan kelas, mengulas kembali, dan
berbagi, yang kemudian diikuti oleh kesempatan untuk eksplorasi individu atau
kelompok kecil, ekstensi, dan produksi.
7. Pembelajaran berdiferensiasi bersifat
"organik" dan dinamis. Di ruang kelas yang berbeda, mengajar adalah sebuah evolusi.
murid dan guru sama-sama pembelajar. Guru mungkin tahu lebih banyak tentang
materi pelajaran, namun mereka juga terus belajar tentang bagaimana murid
mereka belajar. Kolaborasi yang berkelanjutan dengan murid diperlukan untuk
memperbaiki peluang belajar agar efektif untuk setiap murid. Guru memantau
kecocokan antara kebutuhan murid dan proses pembelajaran mereka serta membuat
penyesuaian sebagaimana diperlukan.
Diadaptasi dari How to Differentiate Instruction in Academically Diverse Classrooms, 3rd Edition, oleh Carol Ann Tomlinson, Alexandria, VA: ASCD. ©2017 oleh ASCD. Hak cipta terdaftar.