Kamis, 07 Oktober 2021

Koneksi Antar Materi 3.3

 


Panduan Pertanyaan untuk membuat Koneksi Antar materi:

·       Hal-hal menarik yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan bagaimana benang merah yang bisa Anda tarik dari keterkaitan antarmateri yang diberikan dalam modul 3.3?

·       Apakah kaitan antara pemetaan sumber daya dengan perencanaan program sekolah yang berdampak pada murid? 

·       Adakah materi dalam modul lain/paket modul lain yang berhubungan dengan materi dalam modul 3.3. ini? Jabarkanlah jika ada. 

·       Bagaimana kaitan dari semua materi tersebut dengan peran Anda sebagai guru penggerak?

Nama CGP : Makripuddiin, S.Pd

Instansi : SMAN 1 Kuripan

 

Koneksi Antar Materi Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Murid

Setiap sekolah pasti memiliki sumber daya yang dapat dimaksimalkan penggunaanya dengan tujuan untuk tercapainya keberhasilan dalam sebuah program sekolah yang berdampak pada murid. Program sekolah yang berdampak pada murid merupakan program yang memaksimalkan penggunaan sumber daya di sekolah untuk mengembangkan potensi siswa. Program ini harus dikelola dengan baik mulai dari tahapan perencanaan program, pelaksanaan program dan evaluasinya.

 

Ciri-ciri program sekolah yang berdampak pada murid :

1.     Melibatkan murid secara aktif

2.     Menimbulkan efek positif pada murid

3.     Menggunakan sumber daya sekolah untuk mendukungnya

Perencanaan program adalah langkah awal yang harus ditempuh sebelum menjalankan sebuah program. Tujuannya, agar program tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan harapan.

Dalam rangka mendukung keterlaksanaan program, perlu adanya kerjasama oleh semua pihak. Di sinilah tahapan BAGJA dapat diterapkan. BAGJA adalah sebuah tahapan yang menggunakan paradigma inkuiri apresiatif, yaitu pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis kekuatan asset yang dimiliki.

·       MELR (Monitoring,Evaluation,Learningand Reporting)

·       Monitoring

Adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dalam rangka pengawasan dan pengendalian kegiatan yang dilaksanakan, untuk umpan balik pelaksanaan kegiatan yang sedang berjalan. Pengawasan dilakukan dengan melihat langsung pelaksanaan kegiatan. Tujuannya, untuk mengetahui kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan dengan keberhasilan program.

 

·       Evaluation

Evaluasi merupakan proses pengukuran hasil yang dicapai dibandingkan sasaran yang telah ditentukan sebagai bahan penyempurnaan perencanaan dan pelaksanaan

 

Prinsip evaluasi:

Ø  Menyeluruh

Ø  Berkesinambungan

Ø  Objektif

Ø  Hasilevaluasi dapat digunakan sebagai penghargaan bagi yang berhasil dan merupakan pendorong bagi yang belum berhasil

 Cara melakukan evaluasi yaitu dalam bentuk kuantitatif sesuai dengan monitoring yang dilakukan

Teknik evaluasi antara lain:

Ø  Observasi langsung di sekolah

Ø  Isian instrument pengamatan

Ø  Wawancara

Ø  Peran serta

·       Learning

Dr Roger Greenaway seoarang ahli di bidang pelatihan guru dan sebagai fasilitator merancang kerangka kerja pembelajaran (Learning) melalui empat tingkat model.

Keempat F adalah:

Ø  Fact (Fakta ): Catatan objektif tentang apa yang terjadi

Ø  Feeling (Perasaan): Reaksi emosional terhadap situasi

Ø  Finding (Temuan): Pembelajaran konkret yang dapat diambil dari situasi tersebut

Ø  Future (Masa Depan): Menyusun pembelajaran digunakan di masa depan

·       Reporting

Reporting atau laporan adalah media bagi pimpinan untuk menginformasikan atau memberikan masukan untuk setiap pengambilan keputusan yang diambilnya. Lapran yang dibuat harus akurat, lengkap, dan objektif.  Laporan merupakan dokumen yang berupa produk akhir dari suatu kegiatan.

 

 

 

 

·       MANAJEMEN RISIKO

Risiko merupakan sesuatu yang memiliki dampak terhadap pencapaian tujuan organisasi. Beberapa tipe risiko di lembaga pendidikan, meliputi:

Ø  Risiko Strategis, merupakan risiko yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi mencapai tujuan

Ø  Risiko Keuangan, merupakan risiko yang mungkinakan berakibat berkurangnya asset

Ø  Risiko operasional, merupakan risiko yang berdampak pada kelangsungan proses manajemen

Ø  Risiko pemenuhan, merupakan risiko yang berdampak pada kemampuan proses dan prosuderal internal untuk memenuhi hokum dan peraturan yang berlaku

Ø  Risiko Reputasi, merupakan risiko yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga. (Prince watercoper, 2003)

Adapun tahapan manajemen risiko adalah sebagai berikut:

1.     identifikasi jenis risiko,

2.     pengukuran risiko,

3.     melakukan strategi dalam pengendalian risiko

4.     melakukan evaluasi terus-menerus, maju dan berkelanjutan

Hasil pemetaan sekolah dijadikan dasar untuk melihat aset-aset atau kelebihan sekolah. Sumber daya sekolah bisa dimanfaatkan untuk membuat program yang berdampak pada murid. Dengan demikian, sekolah telah menjalankan inkuiri apresiatif dengan memaksimalkan kekuatan sekolah dengan membuat program melalui langkah BAGJA.

 

Kaitan Modul 3.3 (Pengelolaan Program yang Berdampak Pada Murid) dengan Modul Sebelumnya

 

Kaitan Dengan Modul 1.1 (Filodofi KHD)

Program sekolah yang berdampak pada murid dapat mendukung terwujudnya merdeka belajar dan memfasilitasi pengembangan potensi murid agar tumbuh kembangnya maksimal sesuai kodrat alam dan kodrat jaman.

Kaitan Dengan Modul 1.2 (Nilai dan Peran Guru Penggerak)

Visi dan peran guru penggerak mendukung dalam menciptakan perencanaan program yang berdampak pada murid.

Kaitan Dengan Modul 1.3 (Visi Guru Penggerak)

Program sekolah yang berdampak pada murid dapat dilakukan dengan pendekatan inkuiri apresiatif melalui langkah BAGJA. Tahapan BAGJA mengandung pendekatan kolaboratif dalam melakukan perubahan yang berbasis aset.

Kaitan Dengan Modul 1.4 (Budaya Positif)

Membiasakan komunikasi dua arah dan nilai-nilai Pendidikan karakter untuk mendukung terlaksananya program sekolah yang berdampak pada murid.

Kaitan Dengan Modul 2.1 (Pembelajaran Berdiferensiasi)

Program yang dibuat disesuaikan dengan minat belajar dan profil siswa yang beragam.

Kaitan Dengan Modul 2.2 (Pembelajaran Sosial Emosional)

Mengedepankan empati pada siswa dan memahami kondisinya.

Kaitan Dengan Modul 2.3 (Coaching)

Guru dapat menjadi coach yang mamandirikan siswa (coachee) dalam mengatasi masalahnya.

Kaitan Dengan Modul 3.1 (Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran)

Guru menjadi pengambilan keputusan yang bijaksana dan mengedepankan nilai kebaikan bersama dalam menjalankan program .

Kaitan Dengan Modul 3.2  (Pengelolaan Sumber Daya)

Program sekolah yang berdampak pada murid  bisa dilakukan dengan memaksimalkan sumber daya sekolah.

 

Kaitan dari semua materi dengan peran saya sebagai guru penggerak:

 

Materi yang saya dapat ini tentunya menambah wawasan saya sebagai guru agar berupaya turut mewujudkan merdeka belajar serta menuntun murid dalam  mengoptimalkan minat dan bakatnya.

Materi yang saya dapatkan bisa membuat saya memahami cara memetakan aset sekolah, mengelola sumber daya, membuat program yang berpihak pada murid, mengambil keputusan yang bijak, menjadi coach bagi siswa, mendalami keterampilan sosial emosional dan memfasilitasi pembelajaran siswa sesuai keberagaman yang ada dalam diri mereka.

 

Refleksi Terbimbing Modul 3.3.

 




1.     Apa yang menarik bagi anda setelah mempelajari pengelolaan program yang berdampak pada murid?

       hal yang menarik setelah mempelajari modul 3.3. materi pengelolaan program yang berdampak pada murid saya tahu bagaimana cara memanfaatkan 7 aset yang dimiliki oleh sekolah dengan cara yang baik dan tepat yang tujuannya untuk kepentingan murid sendiri. adapaun hal-hal yang saya pahami dimateri ini adalah sebagai berikut:

a.      Memahami sumber daya yang dimiliki oleh sekolah

b.     Memanfaatkan aset yang sekolah miliki.

c.      Mengetahui tahapan pengelolaan program secara efektif.

d.     Melaksanakan monitoring dan evaluasi sebagai bahan refleksi atas program yang sudah berjalan.

e.      Mengetahui program yang strategis.

f.      Memperoleh hasil dalam bentuk laporan sebuah program dengan strategi MELR (Monitoring, Evaluation, Learning , Reporting)

g.     Melakukan identifikasi manajemen resiko. 


2.     Apa hal-hal baru yang anda temukan dalam proses pembelajaran tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid?

       adapun hal-hal dapat saya pelajari dari pembelajaran tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid adalah sebagai berikut:

a.      Berfokus pada pengembangan potensi murid

b.     Inovasi kepala sekolah adalah penentu dalam pengambilan kebijakan

c.      Tahapan BAGJA bisa diterapkan dalam pembuatan program 


3.     Perubahan apa yang akan anda lakukan setelah memahami atau mempelajari materi ini?

        adapun perubahan yang saya lakukan setelah mempelajari modul ini adalah sebagai berikut:

a.      Menyusun program sederhana yang melibatkan murid dan orang tua.

b.     Melaksanakan tahapan BAGJA dalam penyusunan program.

c.      Menerapkan manajemen resiko

d.     Mengevaluasi program yang telah dijalankan

 


Rabu, 29 September 2021

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

CGP Angkatan-2 Kabupaten Lombok Barat

Makripuddiin. S. Pd.

SMAN 1 Kuripan


assalamualaikum.wr.wb.kth.
Apa sahabat blogger semoga anda selalu dirahmati oleh Allah SWT amiin, jumpa lagi di blog sederhana Manusia Adalah teman. Pada kesempatan kali ini ijinkan admin berbagi terkait tugas pelatihan guru penggerak. Adapun tugas yang dapat admin bagikan yaitu tugas modul 3.2.a.9 Koneksi Antar Materi Modul 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya.

Guru Penggerak merupakan episode kelima dari rangkaian kebijakan Merdeka Belajar yang diluncurkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan dijalankan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK). Program Guru Penggerak ini bertujuan untuk menyiapkan para pemimpin pendidikan Indonesia masa depan, mampu mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan guru di sekitarnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.

Sebagai seorang pemimpin baik di kelas maupun di sekolah, kita harus mampu mengidentifikasi dan mengelola segala sumber daya (aset) yang dimiliki oleh sekolah untuk dapat dijadikan sebagai keunggulan sekolah dalam rangka mendukung perwujudan visi dan misi sekolah.

Sekolah sebagai sebuah ekosistem adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. 

Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah antara lain sebagai berikut.
  1. Murid
  2. Kepala Sekolah
  3. Guru
  4. Staf/Tenaga Kependidikan
  5. Pengawas Sekolah
  6. Orang Tua
  7. Masyarakat sekitar sekolah
Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Faktor abiotik yang ada dalam ekosistem sekolah antara lain sebagai berikut.
  1. Keuangan
  2. Sarana dan prasarana
Dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, sekolah akan berhasil jika mampu memandang segala aset (sumber daya) yang dimiliki sebagai sebuah keunggulan bukan memandang sebagai sebuah kekurangan. Sekolah akan berfokus pada pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang dimiliki tanpa lebih banyak memikirkan pada sisi kekurangan yang ada. Dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:
  1. Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking). Pendekatan ini akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.
  2. Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.  

Berikut perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset.


Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya sebaiknya sekolah lebih menekankan pada pendekatan berbasis aset. Selanjutnya pendekatan ini lebih dikenal dengan Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA).  

Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Pendekatan PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development.

Menurut Green dan Haines (2002) dalam bukunya yang berjudul Asset Building and Community Development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:
Modal Manusia, Modal Sosial, Modal Fisik, Modal Lingkungan/Alam, Modal Finansial, Modal Politik, serta Modal Agama dan Budaya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya merupakan sebuah kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mengelola dan memanfaatkan berbagai aset-aset yang dimiliki oleh sekolahnya dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan di sekolah dan mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.

Untuk dapat mengimplementasikan modul pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah, maka seorang pemimpin harus mampu bersinergi dengan semua pihak yang ada di sekolah baik dewan guru, staff, siswa, orang tua siswa, dan juga masyarakat sekitar sekolah untuk dapat secara bersama-sama menginventarisir/memetakan segala sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah dan menjadikan segala aset tersebut sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk dikelola dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. 

Salah satu aset yang paling utama yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia. Jika modal manusia ini mampu dimanfaatkan dan dikelola dengan baik maka mutu pendidikan di sekolah akan meningkat. Seorang pemimpin sekolah harus mampu menggerakkan guru-guru yang ada di sekolah untuk dapat melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan, dan juga pembelajaran berdiferensiasi, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru lebih berpihak pada murid. Dengan sekolah mampu mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid maka segala minat, bakat, dan potensi yang dimiliki oleh murid akan dapat berkembang dengan maksimal.


            Kaitan Modul 3.2 dengan Materi pada Modul Sebelumnya 

  • Kaitan dengan Modul Refeleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah suatu proses memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Seorang pemimpin harus mampu mengelola salah satu aset yang dimiliki sekolah yaitu modal manusia (guru dan murid). Pemimpin harus memastikan para gurunya melaksanakan pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga murid dapat berkembang sesuai kodratnya (kodrat alam dan kodrat zaman). Dengan demikian maka murid akan dapat memaksimalkan minat, bakat, dan potensi yang dimilikinya sebagai bekal mereka dalam menjalani kehidupannya.

  • Kaitan dengan Modul Nilai dan Peran Guru Penggerak
Seorang pemimpin harus mampu memastikan modal manusia yang dimiliki sekolah utamanya guru agar dapat menerapkan nilai-nilai guru penggerak dalam kesehariannya seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Dengan diterapkan nilai-nilai ini maka sekolah akan dapat mewujudkan murid yang memiliki profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong royong, serta kreatif.

  • Kaitan dengan Modul Visi Guru Penggerak
Materi pada modul ini (Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya) juga berkaitan dengan materi visi guru penggerak. Seorang pemimpin harus mampu menyusun visi dan misi yang jelas, terarah dan tentunya visi yang disusun tersebut harus berpihak pada sumber daya yang dimiliki sekolah utamanya guru dan juga murid. Melalui penerapan Inkuiri Apresiatif dengan menggunakan tahapan BAGJA, seorang pemimpin akan dapat melakukan perubahan sekolah berbasis sumber daya yang akan menggerakkan warga sekolah untuk melakukan perubahan positif. Perubahan positif yang dilakukan secara konsisten akan melahirkan budaya positif dengan demikian modul ini pun berkaitan dengan modul 1.4 tentang budaya positif. 
  • Kaitan dengan Modul Pembelajaran Berdiferensiasi, Sosial Emosional, dan Coaching 
Dalam melaksanakan pembelajaran seorang pemimpin harus mampu melasanakan pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan profil siswa atau yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi ini maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memetakan aset/sumber daya yang dimiliki utamanya aset manusia yaitu siswa. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakannya akan bermakna bagi siswa.

Potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa dapat kita kembangkan lebih jauh lagi dengan memperhatikan sisi sosial emosional siswa. Sebagai seorang pemimpin kita harus memahami sisi sosial emosional siswa, sehingga ketika ada siswa kita yang mengalami permasalahan maka kita akan dapat memberikan layanan berupa coaching. Coaching bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menggali potensi-potensi yang dimiliki siswa untuk dapat dikembangkan. Dengan demikian maka siswa akan dapat berkembang dengan maksimal. 
  • Kaitan dengan Modul Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Pada modul ini seorang pemimpin sudah mempelajari bagaimana caranya mengambil sebuah keputusan dengan sebaik-baiknya ketika berada dalam situasi dilema etika. Ada 9 langkah yang harus dilewati ketika mengambil dan menguji keputusan. Dalam pengelolaan sumber daya/aset juga dibutuhkan kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan saat melaksanakan pengelolaan sumber daya yang dimiliki.

Demikianlah tugas modul 3.2.a.9 tentang koneksi antar materi modul pemimpin dalam pengelolaan sumber daya yang dapat bagikan. Semoga bermanfaat. wassalamualaikum.wr.wb.kth.

3.2.a.7. Demonstrasi Kontekstual - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumbe

 



Pemetaan 7 Aset Sekolah SMAN 1 Kuripan

Seperti yang kita ketahui bersama, sekolah wajib membangun ekosistem yang dapat merangsang kreativitas untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat tergantung pada cara pandang sekolah melihat ekosistemnya: apakah sebagai kekuatan atau sebagai kekurangan. Sekolah yang memandang semua yang dimiliki adalah suatu kekuatan, tidak akan berfokus pada kekurangan tapi berupaya pada pemanfaatan aset yang dimiliki.

Jika sekolah diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup)saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis

Faktor Biotik dan Faktor Abiotik

A. Faktor Biotik meliputi :

* Murid

* Kepala Sekolah

* Guru

* Staf/Tenaga Kependidikan

* Pengawas Sekolah

* Orang Tua

* Masyarakat sekitar sekolah

 

B. Faktor Abiotik meliputi :

         Keuangan

         Sarana dan prasarana

 

Yang kita ketahui bersama pendekatan cara berpikir itu ada dua yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thingking)

 

Oleh sebab itu disamping sebagai pemimpin dalam pembelajaran kita juga diharapkan mampu sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah dengan baik dan bijak. Sebagai pemimpin dalam pengelolaan sumber daya kita diharapkan mampu memanfaatkan 7 aset/modal yang ada di sekolah sebagai upaya untuk mewujudkan pendidikan yang diharapkan sesuai dengan amanat UUD 45. Ketujuh asset tersebut adalah sebagai berikut:

1.   Modal Manusia

Sekolah kami memiliki kepala sekolah yang sudah berijazah S.2 beliau adalah sosok pemimpin yang baik dan bijaksana, setiap keputusan yang diambil selalu berupaya mengutamakan kepentingan orang banyak dan mengedepankan kolaborasi yang baik dalam memanfaatkan asset yang sudah dimiliki sekolah. memiliki 46 guru dan 25 guru sudah bersertifikasi menjadikan sekolah kami memiliki tenaga pengajar yang professional dibidangnya dan beberapa diantaranya berijazah S-2, 10 tenaga pendidik yang terampil dan kompeten juga merupakan modal yang kuat sebagai rekan guru dan siswa dalam membantu proses pembelajaran. Dalam pengelolaan dan menjalankan program sekolah selalu bekerja sama dengan baik dengan pengawas sekolah, dinas terkait. Disamping itu komite sekolah juga berprofesi sebagai anggota DPR yang siap membantu sekolah dalam banyak hal seperti pemikiran dan modal finansial jika dibutuhkan oleh sekolah. Sedangkan murid yang dimiliki lebih dari 500 siswa dan berasal dari latar belakang dan budaya yang yang beragam sehingga menjadikan sekolah kami menjadi sekolah yang berwarna dan multikultural.

 

2.   Modal Sosial

Modal sosial merupakan salah satu modal yang penting untuk menjalankan roda pendidikan di suatu sekolah, dan sekolah kami memiliki modal sosial yang cukup baik dengan adanya paguyuban wali murid, terjalin hubungan yang baik antar warga sekolah, komunitas KKS, komunitas guru yang tergabung pada guru mata pelajaran, hubungan yang terjalin dengan baik dengan masyarakat sekitar, tokoh masyarakat, kepolisian, puskesmas, pihak swasta, alumni dan pihak lainnya. Menjadikan sekolah kami menjadi sekolah yang kuat.

3.   Modal Fisik

Sekolah kami juga memiliki sarana dan perasana yang cukup baik dan memadai sehingga dapat membantu siswa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta memberi ruang bagi semua warga sekolah untuk mengapresiasikan dirinya sesuai dengan bakat dan potensi yang dimilikinya. Yaitu seperti:

ü  Tersedia ruang yang memadai antara lain ruang  Kasek, TU, guru, ruang kelas, lobi/ruang tamu,uks,BK, ruang perpustakaan Lab IPA, lab  Komputer, Mushola, Kantin, Gudang, Kamar mandi/WC guru/TU,Kamar       mandi /WC murid yang layak dengan jumlah mencukupi

ü  Tersedia ruang kelas beserta meja bangku yang memadai dan mencukup

ü  Tersedia halaman sekolah yang memenuhi standar

ü  tersedia lahan parkir yang cukup luas

ü  tersedia fasilitas interner/wifi di beberapa titik yang dapat dimanfaatkan oleh warga sekolah

ü  Tersedia lapangan dan sarana olahraga

ü  Tersedia fasilitas/saluran air bersih dan drainase yang baik

ü  Tersedia buku-buku pelajaran dan buku bacaan yang mencukupi

4.   Modal Lingkungan/alam

Lokasi sekolah yang strategis yaitu di pinggir jalan utama dan lintas kota memudahkan siapa saja dengan mudah menjangkau tempat sekolah kami. Lahan yang luas dimiliki oleh sekolah juga memudahkan kami dalam menata dan memanfaatkan modal alam yang dimiliki seperti membuat taman yang cantik untuk menciptakan kesan asri dan memberi peluang besar bagi sekolah untuk mengajarkan siswa memanfaatkan lahan yang ada sebagai sarana belajar agrobisnis dengan menanam sayuran, buah-buahan dan bunga yang bisa dijual kepada warga masyarakat yang membutuhkan.

5.   Modal Finansial

Dengan jumlah siswa yang banyak secara otomatis akan berpengaruh pada jumlah bantuan operasional sekolah (BOS) sehingga sekolah dengan mudah mengoperasionalkan kegiatan sekolah dengan modal finansial yang dimilikinya.

 

6.    Modal Politik

Sekolah kami mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah,komite, masyarakat dan komunitas sekolah dan dinas terkait serta pihak-pihak yang sudah menjalin hubungan dengan sekolah seperti PDAM, Kesehatan, PLN ,Telkom dan pihak lainnya. Hubungan ini tetap kami jaga dengan baik dengan komunikasi dan kerjasama yang intensif.

 

7.    Modal Agama dan budaya

Sekolah kami hidup rukun dalam kebinekaan dan saling toleransi dengan perbedaan yang ada dengan demikian kehidupan yang yaman dan damai tercipta yang memberikan rasa gembira pada semua warga sekolah. Jalinan Kerjasama dan komunikasi baik dengan semua Tokoh agama dilingkungan sekitar menjadikan sekolah lebih memaknai arti perbedaan menjadikannya sebagai kekuatan.

Dengan adanya kegiatan sabtu budaya di sekolah seperti pengenalan permainan tradisional, pentas seni, penanaman karakter baik. Sekolah berupaya mengajarkan siswa tentang kebudayaan kita miliki yang menjadikan Negara kita kaya akan budaya dan sebagai salah satu upaya untuk membentengi siswa dari pengaruh budaya luar sebagai modal dasar pengenalan jati diri sebagai bangsa yang berbudaya. Adanya budaya untuk berperilaku disiplin, religious, budaya menghormati orang lain, budaya hidup mandiri, budaya bergotong-royong saling membantu satu sama lain,budaya kerja keras, budaya membaca/literasi adalah sumber kekuatan untuk menghadapi era globalisasi.

 

 

 

 

Table 7 aset di sekolah



Kesimpulan

1.     Pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah harus dimaksimalkan untuk hasil lebih optimal.

2.     Pemberdayaan guru dan murid untuk selalu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi diri perlu mendapat dukungan dan pengelolaan dari sekolah

3.     Kerjasama dan komunikasi secara intensif dan berkala dengan instansi terkait dan pemerintah daerah harus terus dijaga dan ditingkatkan.

4.     Pemeliharaan dan perawatan Gedung secara berkala mendukung dan menunjang proses pembelajaran berjalan dengan lebih baik.

5.     Kerjasama, kolaborasi antara guru, tenaga kependidikan, siswa, orangtua murid, kepala sekolah dan komite sekolah serta masyarakat harus tetap dijaga dan ditingkatkan.