Kamis, 16 September 2021

AKSI NYATA

 

Aksi Nyata

1.     Peristiwa

a.     Latar Belakang Melakukan Aksi Nyata

Nilai-nilai dalam diri kita sebagai guru besar pengaruhnya terhadap pengambilan suatu keputusan. Nilai inovatif dalam diri guru akan menjadi dasar yang baik dalam menentukan berbagai opsi pengambilan keputusan yang dilakukan. Nilai kolaboratif akan memengaruhi kita dalam memetakan aktor yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Tidak terkecuali dengan nilai mandiri. Nilai ini akan menjadi dasar bagi seorang guru untuk menentukan inisiatif berdasarkan prinsip pengambilan keputusan. Nilai ini juga akan menjadikan seorang guru bisa berpikir cepat dan tepat dalam menghadapi situasi dilema etika yang menjadi alasan pengambilan keputusan.

Guru penggerak sejatinya hanyalah status. Pada dasarnya setiap individu guru adalah penggerak. Setidaknya bagi dirinya sendiri. Disadari atau tidak, setiap guru sebenarnya memiliki nilai-nilai sebagai guru penggerak. Di dalam guru ada nilai-nilai tertanam sejak pertama memutuskan menjadi seorang pendidik. Dalam perjalanannya nilai-nilai itu akan semakin terasah. Tindakan untuk mengembangkannya pun semakin terarah. Namun, tidak semua bisa menerapkan nilai-nilai tersebut. Tentu masing-masing memiliki alasannya.

Demikian halnya dengan nilai reflektif. Nilai ini akan berpengaruh besar terhadap kemampuan seorang guru melakukan refleksi atas keputusan yang diambil. Refleksi ini akan membuat guru menjadi tahu benar tentang keputusannya sudah tepat atau belum. Muara dari semua nilai itu adalah berpihak pada murid. Nilai dalam guru ini akan memengaruhi sikap dalam menentukan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang terbaik dengan mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi murid.

Nilai-nilai tersebut pada akhirnya akan disadari dan dipahami sebagai kesatuan utuh dalam diri guru, terutama CGP. Hal tersebut tentu tidak lepas dari peran pendamping dan fasilitator. Oleh sebab itu penulis berpikir sangat tepat jika ilmu yang sudah diperoleh dalam pelatihan ini dibagi pada komunitas praktisi yang ada di lingkungan sekolah dan berharap semua pemimpin pembelajaran mampu memutuskan suatu permasalahan dengan baik dan bijak untuk kepentingan orang banyak oleh sebab itulah aksi nyata ini dilakukan sebagai bentuk peduli terhadap kekurangan atas pengambilan keputusan yang tidak tepat yang selama ini dilakukan sehingga merugikan diri sendiri dan banyak orang.

 

Kegiatan aksi nyata yang dilakukan kali ini yaitu untuk menguji sejauh mana aturan yang sudah dibuat oleh pemangku kepentingan yang ada di sekolah mampu memberi manfaat dan tidak merugikan murid. Dikasus kali ini sekolah sudah membuat aturan, disini saya hanya menampilkan 2 poin utama aturan yang sudah dibuat yaitu antara lain: 1. gerbang akan ditutup pukul 7.25 Wita, 2. Siswa harus membawa kartu identitas pengenal sebagai tanda pengenal shif masuk. Sanksi jika melanggar 2 poin   yaitu guru dan siswa seharusnya jika terlambat masuk lewat jam 7.25 Wita maka tidak diperkenankan untuk masuk ke sekolah namun kenyataanya hanya siswa yang tidak diijinkan untuk masuk sedangkan guru boleh. Dan jika siswa tidak membawa kartu pengenal maka siswa tersebut juka tidak diijinkan untuk masuk. Sehingga pada aturan yang sudah dibuat yang dirugikan disini adalah siswa. Sehingga kebetulan pada suatu hari siswa saya menelpon untuk bisa diijinkan masuk karena terlambat dan tidak membawa kartu pengenal. Kebetulan 3 siswa tersebut adalah anak binaan saya di kelas X IPS 3. Anak yang tidak diijinkan masuk ini tidak berani untuk pulang ke rumah alasan takut dimarahi orangtua sehingga memutuskan untuk bermain di luar lingkungan sekolah sampai dan pulang setelah waktu pulang sekolah tiba.

Foto siswa yang terlambat (melanggar aturan)

 

b.     Alasan menngapa melakukan aksi nyata

Alasan mengapa melakukan aksi nyata ini yaitu untuk melakukan evaluasi terhadap auturan yang sudah dibuat apakah aturan ini sudah mampu menjadi sebuah keputusan yang dapat member manfaat dan mampu meluruskan dari rencana awal keputusan ini dibuat. Karena sejatinya keputusan dibuat dan dijadikan sebagai sebuah aturan untuk mampu menciptakan kondisi yang kondusif dan member kebermanfaatan dan tidak menimbulkan masalah baru dari keputusan yang sudah diambil.

Foto Kunjungan ke rumah siswa

 

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral dan etika berkaitan erat dengan nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Moral dan etika adalah satu kesatuan merupakan nilai-nilai yang dianut seorang pendidik. Moral dan etika tetaplah harus tertanam sebagai nilai seutuhnya pada pribadi pendidik. Pembahasan studi kasus yang fokus pada moral dan etika merupakan langkah awal bagi pendidik untuk mengenali nilai-nilai dalam diri. Melalui pembahasan studi kasus pendidik bisa sekaligus mengeksplorasi nilai-nilai lainnya dalam diri antara lain peduli dan tanggung jawab. Selain itu, kedua nilai ini akan memberikan kemudahan bagi guru untuk membedakan bujukan moral dan dilema etika. Dalam studi kasus pengambilan keputusan, seorang pendidik harus memahami terlebih dahulu perbedaan antara bujukan moral dan dilema etika.

Seorang pendidik harus memastikan terlebih dahulu, apakah studi kasus yang di dalamnya adalah benar vs benar atau benar vs salah. Jika studi kasus yang dianalisis adalah benar vs benar, maka pendidik harus menetapkan langkah pengambilan keputusan. Hal ini karena bisa dipastikan kasus tersebut termasuk dilema etika. Sedangkan apabila kasus tersebut benar vs salah berarti kasus tersebut merupakan bujukan moral. Dalam hal ini, pendidik harus memiliki nilai ketegasan dalam mengambil keputusan.

Pengambilan keputusan yang tepat berpegangan pada kepentingan terbaik bagi semua pihak. Sehingga tidak ada pihak-pihak yang tersakiti akibat pengambilan keputusan tersebut. Tentunya bukan hal yang mudah. Membutuhkan upaya yang terencana dan sistematis. Seorang pendidik terlebih dulu harus menyusun perencanaan pengambilan keputusan. Perencanaan berawal dari penulisan kasus secara detail. Selanjutnya adalah melakukan analisis berdasarkan paradigma, prinsip, dan langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Seorang pendidik memilih keputusan berdasarkan analisis dengan hasil tepat. Apabila melalui tahap terakhir, yaitu refleksi ternyata tidak tepat, pendidik bisa saja mengubah keputusan yang akan diambilnya. Selain itu, bisa juga menggunakan opsi trilemma yang merupakan cara kreatif yang tidak terpikirkan sebelumnya sebagai keputusan.

Jika pengambilan keputusan dilakukan dengan tepat, maka kondusivitas ekosistem sekolah akan tetap terjaga. Hal ini karena tidak adanya konflik berkepanjangan setelah keputusan diambil. Ekosistem sekolah pun tetap aman dan nyaman tanpa gejolak yang berarti akibat keputusan yang diambil. Semua pihak yang terlibat akan menerima hasil keputusan dengan hati terbuka dan lega.

Melakukan hal baru tidak selamanya mengalami kemudahan. Ada kalanya di tengah perjalanan menemukan kesulitan. Dengan perencanaan yang tepat akan memberikan kemudahan dalam mengambil keputusan. Upaya meminimalisirnya adalah dengan melakukan pemetaan kesulitan yang akan dihadapi. Tujuannya adalah untuk menemukan strategi penyelesaian saat mengalami kesulitan. Dari pemetaan kesulitan, setidaknya ada gambaran diperoleh sebagai berikut:

Pertama, belum adanya kesamaan pemahaman tentang bujukan moral dan dilema etika. CGP bisa melakukan upaya membumikan pemahaman tersebut melalui diseminasi dan teladan. Dalam hal ini CGP bisa melakukan diseminasi dan pelatihan kepada sejawat. Sedangkan sebagai teladan, CGP membiasakan diri dengan menerapkan hal tersebut dalam pengambilan keputusan.

Kedua, pengambilan keputusan berdasarkan 3 paradigma, 4 prinsip, dan 9 langkah belum menjadi budaya positif di sekolah. Upaya mengatasinya melalui diseminasi materi pengambilan keputusan kepada sejawat. Langkah ini untuk menciptakan kesamaan pemahaman dan kesadaran menerapkan. Hingga pada akhirnya akan terus tumbuh menjadi sebuah budaya positif di sekolah.

 

c.      Hasil aksi nyata yang dilakukan

 

Hasil yang diperoleh dari aksi nyata ini Alhamdulillah membuahkan hasil yang baik. Setelah berdiskusi dengan para pemangku kepentingan yang ada di sekolah, seperti kepala sekolah, waksek, guru dan wali murid. Dengan diterapkannya praktik coaching sebelum pengambilan keputusan dan dalam memutuskan suatu masalah sudah menggunakan alur dan prosedur yang tepat namun ada beberapa guru yang masih tidak menerapkannya dikarenakan komunikasi yang masih belum terjalin dengan baik dan masih menggunakan teknik lama yaitu berfokus pada nilai moral sebagai acuan utama sehingga sering salah dalam melakukan pengambilan keputusan dan keputusan yang diambil merugikan orang lain. Setiap orang pasti menginginkan hal terbaik dari upaya yang dilakukan, begitu juga saya namun kita tidak bisa memaksakan keinginan kita kepada semua orang kita hanya bisa berbagi secercah harapan demi untuk kebagaikan bersama sebihnya hasilnya kita serahkan kepada sang khaliq yang memberikan hidayah kepada yang dinginkanNYA, berharap dari aksi nyata yang saya lakukan dapat memberi manfaat untuk semua orang, dari aksi nyata yang sudah dilakukan dapat dilihat beberapa hasil yang sudah terlihat terutama dalam upaya pengambilan keputusan sudah tidak lagi berdasarkan nilai moral yang diutamakan melainkan sudah adanya usaha-usaha untuk mengaitkan antara 4 paradigma dilema etika, menggunakan 3 prinsip dalam pengambilan keputusan dan sudah mencoba melakukan langkah-langkah pengujian kasus dengan 9 langkah pengujian. Dan setiap pengambilan keputusan diusahan untuk dikomunikasikan terlebih dahulu sebelum diputuskan. Hal ini merupakan pencapaian yang luar biasa buat diri saya pribadi karena untuk menularkan sesuatu yang baik dan menginginkan seseorang untuk berubah bukan sesuatu yang mudah dan tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan perlu perjuangan yang keras dan adanya komitmen yang kuat untuk bisa melaksanakan ini semua.

 

         Foto diskusi dengan kepala sekolah


2.     Perasaan (Feelings)

 

Awal mula melakukan aksi nyata ini memang tidak mudah rasa capek dan lelah terkadang sering saya rasakan, karena dalam menyamakan persepsi yang berbeda dengan begitu banyak otak yang ada itu bukan pekerjaan mudah. Tapi dengan tekat yang kuat dan niat yang baik saya mencoba untuk menyiapkan segala tenaga dan kemampuan yang saya miliki untuk memulai aksi nyata ini, langkah awal yang saya lakukan adalah terlebih dahulu membuat suatu perencanaan yang baik setelah semua rencana dibuat kemudian mendiskusinnya dengan rekan CGP lainnya setelah itu mengkomunikasikannya dengan kepala sekolah, setelah rencana disetujui lanjut ketahap yang benar-benar membutuhkan serta memanfaatkan segala kekuatan ada pada diri, komitmen yang besar pada diri untuk berbuat lebih sangat dibutuhkan dalam memuluskan perencanaan yang sudah dibuat agar usaha yang dilakukan tidak sia-sia. Dan setelah melakukan itu semua saya merasa lega karena sudah mengerahkan segala daya dan upaya dengan maksimal sehingga tidak ada usaha yang sia-sia yang ada hanya sia-sia jika tidak melakukan usaha, kira-kira itu motto yang saya terapkan sehingga saya lega dan senang dengan usaha yang sudah dilakukan selama ini.

 

3.     Pembelajaran (Findings)

 

Dengan melakukan aksi nyata ini saya mendapatkan banyak pembelajaran terutama dalam membuat suatu keputusan kita harus benar-benar memperhatikan banyak hal sebelum mengambil suatu keputusan agar keputusan yang kita buat dapat mengakomodir kepentingan orang banyak.

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus memahami paradigma pengambilan keputusan. Hal ini akan membantu mempermudah dalam menentukan prinsip dan langkah-langkah pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang dilakukan seorang pemimpin pembelajaran harus berpihak pada murid.

Ada hubungan erat antara keputusan masa sekarang dengan masa depan murid. Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak pada perubahan murid ke depannya. Bisa dikatakan bahwa masa depan murid bisa saja tergantung dari keputusan yang diambil guru saat ini.

Contoh sederhana pada saat kita membuat keputusan untuk tidak menaikkan murid karena terkendala regulasi atau aturan sekolah. Bisa jadi saat itu kita menjadi pemutus harapannya menjadi lebih baik di masa depan. Itu adalah contoh kasus yang sering kita temui di lapangan. Contoh kasus yang bisa jadi menjadi kunci masa depan bagi murid kita.

Sebagai individu kita tidak pernah tahu akan menjadi apa murid-murid kita kelak. Kita juga tidak pernah tahu menjadi seperti apa murid-murid kita. Jika saat ini kita mengambil keputusan salah, bisa jadi akan menghambat langkahnya mencapai cita-cita murid. Atau juga bisa jadi dengan mengambil keputusan tepat, maka ke depannya kita akan memberikan hasilnya. Bisa saja murid berubah menjadi lebih baik berkat keputusan yang sudah kita ambil untuknya. Bisa juga dengan keputusan kita yang tepat saat ini murid bisa menemukan potensi diri yang tersembunyi. Tentu hal tersebut akan menjadi berkah tersendiri.

Oleh karena itu penting mengubah mindset kita, bahwa proses pembelajaran sejatinya pengambilan keputusan yang memerdekakan murid.

 

4.     Penerapan Ke Depan (Future)

 

Untuk kedepannya dalam setiap pengambilan keputusan terlebih dahulu dirumuskan dengan baik dengan melibatkan semua unsur atau pemangku kepentingan yang ada di lingkungan sekolah dan setiap keputusan yang diambil disiapkan solusi alternative sebagai penanganan awal dari resiko keputusan yang dibuat agar tidak menimbulkan masalah baru.

Sebagai seorang guru kita harus tetap belajar dan meningkatkan kompetensi kita bukan hanya meningkatkan kemampuan dalam mengelola kelas dalam kegiatan pembelajran, terlebih juga kita mempelajari sebagai pemimpin pembelajaran yaitu dalam kemampuan untuk mengambil suatu keputusan yang bijak. Bahwa kita harus mempelajari pengambilan keputusan dengan tepat dalam pengajaran yang memerdekakan anak demi kebaikan mereka di masa yang akan datang. Oleh karena itu, untuk bisa menghadirkan masa depan murid yang lebih baik, guru juga perlu mempertimbangkan bentuk diferensiasi dan sosial emosional murid dalam pengambilan keputusan. Tujuannya agar keputusan pengajaran yang kita lakukan sesuai kebutuhan mereka saat ini dan masa depan.

Selain itu, sebagai seorang guru sudah seharusnya mengubah mindset, bahwa pengajaran yang dilakukan adalah bentuk dari coaching. Dalam hal ini guru harus memberikan bimbingan agar murid bisa mengambil keputusan terbaik bagi kehidupannya di masa kini dan masa depan. Dengan demikian, pengambilan keputusan dalam pengajaran yang memerdekakan murid haruslah benar-benar berpusat pada murid. Hal ini sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara.

 

 

 

 

 

 

Rabu, 15 September 2021

Harapan dan Aturan?


Pagi itu langit masih gelap sang surya masih enggan menampakkan diri tidak seperti biasanya pukul 6.30 Wita biasanya dia sudah gagah menampakkan dirinya. Awan pekat masih menyelimuti langit, karena tadi malam hujan turun begitu derasnya sehingga masih terasa hawa dingin yang menusuk sampai ke tulang. 

Burung-burung yang biasa bernyanyi seolah-olah merasakan dinginnya pagi ini dan tidak terdengar nyanyiannya, sang surya seakan ikut menikmatinya dan masih bersembunyi dibalik awan yg gelap. Sama seperti diriku yang masih sembunyi dibalik selimut.

Teman-teman biasa memanggilku Bayu, sekarang saya duduk di bangku sekolah menengah atas tepatnya di SMAN 1 Kuripan berada di kelas 10 IPS, kata orang dari zaman dahulu sampai sekarang anak-anak IPS biasanya tempat kumpulan anak nakal dan pemalas beda dengan kelas IPA. 

Saya memilih IPS memang karena saya senang dengan ilmu sosial dan tidak suka dengan hitung-hitungan walau memang di IPS juga tidak dipungkiri ada pelajaran menghitungnya. Tapi jika saya masuk IPA aneh rasanya jika saya tidak suka pelajaran berhitung jadi itulah alasannya saya masuk IPS.  Jadi sebenarnya saya kurang setuju dengan pemberian label tentang anak IPS kumpulan anak nakal dan pemalas. 

Seperti remaja laki-laki lainnya yang masih labil dan sedang mencari jati diri,  saya juga masih belum mampu untuk disiplin baik untuk bangun pagi atau disiplin dalam belajar. 

Sehingga prestasi belajarku bisa dibilang biasa-biasa saja. Namun saya hoby dalam bermain voly, postur tubuhku yang tinggi jika dibandingkan dengan teman seusiaku kira-kira 170  cm memberi keuntungan dalam hobyku bermain voly. 

Dan setiap turnamen yg diadakan pada saat saya duduk dibangku sekolah pertama saya selalu menjadi andalan teamku untuk memenangkan setiap turnamen. Sehingga saya mempunyai cita-cita untuk menjadi pemain voly profesional nantinya. 

“Bayu…bayu…bayu… cepat bangun nak ini sudah pagi” suara itu tidak asing lagi ditelingaku, ya itulah suara ibuku. Beliau terus memanggilku karena hari ini saya merasa ngantuk sekali dan belum juga bangun. Karena tidak ingin membuat beliau marah akhirnya saya bergegas bangun dari tempat tidur. Kamar tidurku bersebelahan persis dengan kamar ibuku. Kamar tidurku tidak besar, hanya disekat dengan triplek dan beberapa kayu agar bisa menyerupai kamar tidur.

Luasnya  kira-kira 2x2 meter persegi, alas tidurpun menggunakan tikar plastic biasa, di dalamnya tidak banyak barang yang ada hanya meja belajar kecil yang biasa dibeli di toko seharga 35 ribuan dan beberapa buku yang tersusun di atas lantai, dan beberapa gantungan pakaian untuk menggangtung pakaian kotor. Lemaripun tidak ada bukan disebabkan karena kamarnya yang kecil untuk membeli lemari pakaian itu sesuatu yang mahal buat kami.

Saya tinggal di rumah kakek dan nenek, stelah ibu bercerai dengan ayah ketika saya berumur 3 tahun semenjak itu saya ikut bersama ibu dan bersama kakak laki-laki dari hasil pernikahan sebelumnya memutuskan tinggal di rumah kakek. Karena dialah satu-satunya anggota keluarga terdekat, Kini kakek menderita lumpuh (stroke) dan nenek menderita penyakit diabetes.

Setiap hari ibu saya merawat kakek dan nenek, kami bergantung pada kakak yang sudah menikah karena hanya dialah yang sudah bekerja. Ayah saya sudah menikah lagi dengan orang lain dan kehidupannya juga tidak jauh berbeda dengan kami.

Dengan cepat saya bergegas menuju kamar mandi, biasanya saya sarapan di rumah dulu sebelum berangkat sekolah, karena sarapan sudah biasa saya lakukan sejak duduk dibanggu sekolah dasar. Namun pada hari ini ibu tidak memasak karena tidak ada makanan yang bisa dimasak. Setelah menggunakan seragam sekolah sayapun berpamitan, karena saya tidak sarapan ibu menghentikan langkah saya “tunggu bentar bayu” “iya bu ada apa?” “ini untuk beli sarapan di sekolah ya”

sambil mengeluarkan uang receh dari lipatan kain yang digunakan dan beberapa keping uang logam yang dikeluarkan menggelinding di lantai dengan sigap saya mengejar agar cepat berangkat ke sekolah dan setelah saya hitung jumlahnya Rp 6.000. “Alhamdulillah ada buat sarapan” bisikku. Kemudian saya masukkan ke dalam kantong celana dan melanjutkan perjalanan menuju sekolah.

Karena ibu tidak mempunyai pekerjaan tetap dan hanya sebagai buruh tani, untuk belum bisa membelikan saya motor supaya saya dengan mudah sampai ke sekolah. Dalam hati saya sering minder sama teman-teman yang punya motor sendiri yang bisa digunakan pergi ke sekolah, jalan-jalan sama teman dan menunjang aktivitas lainnya. Bahkan saya terkadang marah dengan keadaan saya mengapa saya tidak seberuntung teman-teman.

Tapi saya sadar untuk tidak memaksakan keinginan saya karena makan sehari-hari saja itu sduah sangat beruntung sekali. Dalam perjalanan pikiran-pikiran ini setiap hari selalu muncul ketika sambil berjalan kaki menuju sekolah.

Dalam perjalan hati saya terus berdebar-debar takut terlambat sampai ke sekolah. Karena aturan yang baru dibuat ini cukup membuat saya deg-degan dalam perjalanan saya terus berharap jika ada orang yang baik hati mau memberikan tumpangan gratis agar cepat sampai di sekolah. Sambil terus berjalan sesekali kepala saya tolehkan kebelakang sambil memperhatikan pengendara motor yang lalu lalang siapa tahu ada diantara mereka yang saya kenal dan berharap dia juga mengenal saya.

Sambil terus berjalan dan memikirkan sanksi yang saya peroleh jika terlambat tidak diizinkan untuk masuk sekolah bagi yang terlambat. Perjalanan saya belum terlalu jauh entah kenapa saya sudah banyak mengeluarkan keringat. Ataukah rasa takut dan kecemasan karena  terlambat yang membuat saya berkeringat begitu banyak?

“entahlah” Sesekali saya menyeka keringat yang keluar dengan tangan. Begitu banyaknya hal yang saya pikirkan tanpa saya sadari akhirnya saya melihat bangunan sekolah tempat dimana harapan dan impian akan saya ukir di sana bersama guru-guru yang setiap hari tanpa lelah dan bosan menuntun dan mengantarkan kami menuju kebahagian setingi-tingginya.

Dengan perasaan senang dan berharap saya tidak terlambat dan bisa belajar bersama pemburu-pemburu ilmu lainnya. Namun apa daya senyum saya berubah menjadi takut. Karena beberapa pemburu ilmu keluar dari gerbang sekolah. Dengan perasaan yang tidak menentu karena begitu banyaknya pertanyaan yang ada mengapa mereka balik dan tidak masuk belajar. “Toni sini” saya memanggil salah satu teman yang tidak jadi masuk belajar.

“kenapa kamu pulang bro?” sapa saya, “iya nih bayu saya disuruh pulang karena terlambat tadi” untuk beberapa detik saya tidak bisa berpikir. “Bayu duluan ya” “mau kemana?” tanyaku, “entahlah mungkin keliling-liling dulu”. “ok hati-hati bro sambil melambaikan tangan?” karena kami tidak terlalu akrab dan beda kelas jadi percakapan tidak berlangsung lama.

Dalam keadaan marah dan kesal akhirnya saya putuskan untuk balik arah dan tidak melanjutkan ke sekolah tempat semua harapan dan cita-cita saya gantungkan, mengapa saya tidak melanjutkan untuk mencoba keberuntungan masuk ke sekolah? "ah... Percuma saja" ucapku sambil bergumam. 

Dengan cepat pikiran itu saya buang jauh-jauh karena berharap bisa diberikan izin masuk kemungkinannya 0.1%.

Karena biasanya keputusan yang sudah dibuat tidak ada alternative solusi cadangan yang disiapkan untuk mengantisipasi masalah yg muncul dari aturan yg sudah dibuat. Sehingga untuk mencobanya adalah suatu hal percuma.

Dalam keadaan marah, kesal dengan aturan yang dibuat oleh sekolah, atau kesal dengan kondisi kehidupan yang miskin dan tidak punyak motor ataukah karena pada hari ini saya telat bangun?.

Banyak sekali yang saya pikirkan, otak saya terasa penuh dengan permasalahan yang ada. Sambil melihat-lihat sekeliling akhirnya mata saya tertuju pada deretan kantin-kantin yang begitu banyak yang berjejer di pinggir jalan, cukup banyak seperti jamur di musim hujan. 

Tempatnya sih tidak bagus tapi lumayan buat duduk-duduk untuk menghabiskan waktu sampai waktu jam pulang sekolah tiba. Karena takut dimarahi ibu jika tahu kalau saya tidak masuk sekolah maka saya putuskan untuk habiskan waktu di salah satu kantin. 

Karena semua pemilik kantin rata-rata tidak perduli dengan kehadiran kami yang memakai seragam sekolah, apakah kami masuk sekolah atau tidak mereka tidak pernah bertanya, yang penting kami datang untuk belanja kami diberi kebebasan untuk duduk sepuasnya.

Akhirnya saya putuskan untuk duduk di salah satu kantin dan membeli rokok, saya bukan pecandu rokok, yang setiap hari harus membeli rokok. Jika ibu tahu saya merokok dia pasti marah besar. "Ah..selama ibu tidak mengetahuinya jadi bukan masalah" saya mencoba untuk menenangkan diri 

Ibu sudah memberi peringatan keras dan mengancam untuk mengembalikan saya ke ayah jika saya tidak mendengarkan nasehat dan ajaran yang sudah diberikan.  Walau keduanya hidup dalam kemiskinan tapi saya lebih memilih untuk tinggal bersama ibu daripada dengan tinggal bersama ayah dan ibu tiri. 

Entahlah setiap saya dalam keadaan kacau, banyak masalah terkadang saya lampiaskan dengan mengisap rokok. Banyak diantara teman-teman yang lain jika ada masalah mereka melakukan hal-hal melanggar aturan agama seperti minum miras dan obat-obatan terlarang.

Beruntung saya masih bisa terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh Tuhan karena saya masih mencintai dan menyayangi ibu saya dan tidak ingin mengecewakan beliau.

Berpikir ketika menghisap beberapa batang rokok bisa membuat saya lebih tenang dan melupakan masalah yang ada. Dan tanpa disangka dua teman yang lain yang kebetulan kami satu kelas juga datang bergabung. Alasan mereka tidak diizinkan masuk karena terlambat dan tidak membawa kartu identitas. 

Kemudian kami nikmati keadaan ini dengan saling bercerita. habiskan waktu ini demgan cara kami sendiri namun kami masih punya harapan dan doa semoga semua guruku diberikan kesehatan, tetap semangat dan tetap sabar dalam menuntun kami untuk mencapai kebahagian tertinggi.

Tamat.... 

 

Jumat, 10 September 2021

3.1.a.9. Koneksi Antar Materi. Kepemimpinan

 

Pada modul 3.pada program guru penggerak ini, kami sebagai Calon Guru Penggerak (CGP) belajar modul kepemimpinan. Modul ini mempelajari bagaimana cara kami nanti mengambil sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin. Pada modul ini kami sebagai CGP diminta untuk membuat koneksi antar materi dari semua materi yang  sudah di pelajari sampai saat ini.

Pada modul 1.1 kami belajar tentang filosofi Ki Hajar Dewantara (KHD), dimana pada modul ini kita mengenal Pratap Triloka yaitu Ing Ngarso Sun Tulada ( di depan menjadi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (ditengah memberikan motivasi), Tut Wuri handayani (di belakang memberikan dukungan). Hubungan dengan pengambilan keputusan adalah dimana seorang pemimpin harus benar-be
nar mengambil keputusan dengan baik. Seorang guru yang melihat siswanya bersalah tidak serta merta langsung memberikan hukuman. Sebaiknya guru melakukan tanya jawab terlebih dahulu kemudian guru memberikan hukuman yang mendidik dan tidak merugikan siswa dalam belajar. Hari ini masih banyak kita melihat guru memberikan hukuman yang merugikan siswa, karena di hukum siswa tidak jadi belajar sehingga siswa tidak mendapatkan haknya di sekolah. Seorang guru yang bijak hendaknya memberikan hukuman yang tidak mengurangi hak siswa tersebut. Misalnya hukumanya piket kelas sepulang sekolah, dengan artian siswa tetap ikut belajar dengan temannya, namun dia hanya akan telat pulang saja ke rumah karena harus piket terlebih dahulu.

Setelah belajar modul 3.1 tentang pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin, nilai-nilai yang dipelajari tersebut menjadi landasan utama dalam pengambilan keputusan. CGP tidak serta merta memberikan keputusan langsung, tetapi CGP menimbang terlebih dahulu dari segi paradigma yang dilewati atau berdasarkan keputusan apa jalan keluar yang mau diambil oleh CGP. CGP juga harus memikirkan dahulu dengan tahap uji klinis yang ada pada 9 langkah pengambilan keputusan. Saya merasakan adanya sensasi yang berbeda saat pengambilan keputusan setelah mengenal etika, paradigma serta 9 langkah pengambilan keputusan ini. saya merasa keputusan yang diambil lebih baik dan saya juga merasa adil terhadap keputusan tersebut.

Modul 2 Pendidikan Guru Penggerak, pada sub 2.3 CGP diberikan materi tentang coaching. Coaching ini berbeda dengan mentoring dan konsul. Pada coaching memang coachee yang mencari jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi ini. Coach hanya sebagai orang yang membimbing coachee untuk mencari jalan keluarnya. Pada kegiatan coaching yang CGP lakukan kepada peserta didik di sekolah, coachee sudah bisa menentukan jalan keluar sendiri terhadap masalah mereka. Sudah lebih dari separo siswa di kelas yang di coaching dan hasilnya sangat luar biasa. Coach yang sebagai guru kelas banyak merombak cara belajar agar sesuai dengan keinginan siswa. CGP disini belajar bagaimana menerima kekurangan dan menjadi guru yang lebih baik ke depan. Setelah kegiatan coaching hubungan antara guru dan siswa menjadi lebih dekat. Dampaknya materi yang diberikan guru lebih cepat sampai ke pada siswa. Siswa yang memiliki kesalahan selama di sekolah pun lebih senang dengan sanksi yang diberikan oleh guru. Tak ada lagi wajah kesal atau sakit hati kepada guru apabila diberikan sanksi karena sanksi tersebut dibuat sesuai kesepakatan bersama dan tidak mengganggu hak siswa di sekolah.

CGP juga selalu memberikan motivasi kepada siswa. Guru selalu bertanya tentang kegiatan sholat wajib dan apakah mereka sering datang ke gereja setiap minggu. CGP selalu bertanya kegiatan tersebut di awal kegiatan kepada siswa. Memang perubahannya belum nampak, tapi sudah ada perubahan siswa yang mengangkat tangan ketika guru bertanya dan jumlahnya selalu bertambah. Siswa juga lebih paham dengan sampah yang berserakan di kelas. CGP selalu melaksanakan “Operasi Semut” setiap pulang sekolah. CGP meminta siswa untuk memungut sampah yang berserakan dan dimasukkan ke dalam tong sampah. Setelah berjalan kurang lebih 3 minggu kegiatan tersebut, sekarang siswa sudah terbiasa memungut sampah yang berserakan di dalam kelas. Siswa mengambil sendiri sampah tersebut tanpa adanya komando dari CGP.

Pada kegiatan pengambilan keputusan yang dilakukan CGP selama ini belum terlihat ada kendala atau hambatan. Sampai saat ini keputusan yang diambil oleh CGP masih dalam masa aman dan belum ada pro kontra dari sekolah atau masyarakat. CGP selalu melakukan kolaborasi dengan teman sejawat serta wali murid sehingga keputusan yang diambil tepat sasaran.

CGP melihat adanya wajah-wajah senang dari murid ketika datang ke sekolah, kemudian saat ini sekolah yang dipegang CGP masih dalam tahap shif, jadi separo sekolah tatap muka dan separo lagi daring di rumah. Banyaknya chat wa dari murid yang rindu akan sekolah membuat CGP merasa senang. Siswa sangat senang apabila mereka tatap muka dan bertemu dengan CGP di sekolah. Rindu sekolah adalah kata-kata yang sering mereka ungkapkan sehingga CGP merasa senang dan bahagia dengan hal tersebut. CGP merasakan sekali perubahan CGP dalam memberikan materi yang banyak menggunakan media yang bisa di otak-atik oleh siswa. Hal ini lah yang CGP lihat membuat siswa ingin datang ke sekolah.

CGP juga sering melakukan kegiatan-kegiatan praktik bersama siswa dan kegiatan yang ada di luar kelas. Misalnya menari secara kelompok dan menyanyikan lagu wajib yang ada pada buku tema. Dari sini CGP jadi mengetahui ternyata ada siswa yang punya bakat menari dan menyanyi. Dari gerakan tari dan ekspresi yang mereka tampilkan CGP jadi paham mereka punya bakat menari. CGP memberikan penguatan kepada siswa tersebut agar selalu mengembangkan bakat yang mereka punya. CGP menyalurkan bakat menari mereka karena di sekolah CGP kedatangan mahasiswa yang kebetulan ingin mengajarkan beberapa orang siswa untuk menari. Melihat ekspresi mereka mengatakan iya, bahwa mereka mau, CGP menjadi senang karena apa yang mereka inginkan akhirnya tercapai. CGP juga berpesan apabila mereka tekun melakukan bakat mereka dengan baik maka nanti mereka bisa sukses di masa yang akan datang.


Pada modul 1 CGP diajarkan untuk mengubah pola pikir yang selama ini menghantui pikiran CGP. CGP diajarkan bagaimana memandang siswa, bagaimana memperlakukan siswa dengan baik sesuai dengan kodrat mereka. Pada modul 2 CGP diajarkan apa betul yang merdeka belajar itu. Mulai dari pembelajaran berdiferensiasi, kompetensi sosial emosional dan coaching. Penerapan modul 2 ini pada pembelajaran memang menciptakan sebuah merdeka belajar. CGP melihat adanya perubahan dari diri CGP dan siswa yang memang senang untuk belajar. Modul 3 menjadi tambahan CGP dalam mengambil keputusan di sekolah. Tidak dipungkiri pasti ada saja hal yang membuat kita harus mengambil sebuah keputusan yang hasilnya baik untk kedua belah pihak. CGP disini belajar dan menerapkan cara pengambilan keputusan tersebut. Ada perasaan lega bagi CGP ketika menerapkan semua materi tersebut dengan baik karena memang materi pada Pendidikan Guru Penggerak memang saling berkaitan satu sama lain. Penerapan modul ini kepada siswa di sekolah memang menciptakan merdeka belajar yang diinginkan oleh Mentri Pendidikan.

Kamis, 12 Agustus 2021

Transfer Doa Untuk Sang Penggerak, Bagian 4


Tak disangka-sangka bantuan dalam bentuk pinjaman untuk membangun rumah, datang tanpa diminta. Disini Allah menunjukkan kasih sayangnya. Banyak keluarga dan sahabat yang berempati dan memberi pinjaman tanpa batas waktu pengembalian. Sehingga jadilah gubuk sederhana untuk berlindung dari terik matahari dan hujan.

Untuk mengantisifasi permasalahan yang muncul dalam menulis di esai seperti jawaban hilang secara tiba-tiba ketika ada panggilan masuk atau gangguan lainnya. Esai ditulis pada draf pesan kemudian dicopi di tugas esai. Tes selanjutnya adalah tes sekolastik. Tes berjalan dengan sempurna, tanpa mendapatkan kendala yang berarti.

Setelah beberapa mingku kemudian kita mendapatkan info ketahap simulasi mengajar. Banyak yang gugur di tes sekoalistik. Sebelum tes simulasi mengajar kita harus membuat RPP satu lembar yang harus diunggah di guru berbagi.

Dalam simulasi ini saya benar-benar mempersiapkan diri dengan matang mulai dari internet yang kuat, materi dan kesehatan. Satu jam sebelum dimulai saya merasa nerfes dan sering bolak balik ke kamar kecil. Kemudian saya telpon iseri ceritakan kejadian yang saya alami. Dia lagi-lagi memberi semangat  dan do’a yang tulus. Saya mendapatkan lagi kepercayaan diri.

Simulasi mengajarpun dimulai, di tengah-tengah persentasi tiba-tiba layar laptop yang saya gunakan mati. Saya panik, keringat mulai bercucuran dengan derasnya dan  tangan mulai gemetaran, setelah saya periksa Ternyata wifinya terputus. Segera saya menghidupkan internet hanphon kemudian menggunakan hospot pribadi. Lega rasanya bisa terhubung dengan tim penilai kembali seraya memohon maaf atas kendala yang terjadi, sesi inipun selesai.

kemudian setelah beberapa minggu kemudian kita lanjut ke tes yang paling menentukan yaitu tes wawancara, di tes ini lagi-lagi saya mendapatkan kendala yang cukup serius, saya tidak bisa mendengar tim penilai karena jaringan internet yang buruk. Saya hanya bisa mendengar beberapa kata. Tapi saya tidak mau menyerah sayapun tetap semangat menyelesaikannya tes ini.

Trik yang saya gunakan saya hanya mengira-ngira soal diberikan kepada saya kemudian saya tanyakan kemabali kepada tim penilai apakah mereka menyakan saya masalah ini dan saya minta tim penilai untuk menganggukkan kepala jika soal yang saya tebak benar tentunya saya sudah jelaskan jika saya tidak bisa mendengar suara beliau dengan jelas.

Beruntung soal yang diberikan tidak jauh berbeda dengan soal esai yang pernah kita jawab di awal pendaftaran. Beruntungnya tim penilai bisa mendengarkan suara saya dengan cukup jelas.

Selanjutnya menunggu hasil pengumuman kelulusan dan hasilnya Alhamdulillah saya lulus sebagai Calon Guru Penggerak angkatan kedua dari Lombok Barat. Dalam perjalanan saya mengikuti program ini saya mendapatkan pelajaran yang banyak sekali yang bisa saya gunakan sebagai modal saya menjadi guru yang baik.

Berkat dukungan dan do’a isteri tercinta saya masih tetap semangat untuk menyelesaikan program ini agar bisa menjadi bagian dari agen perubahan pendidikan di Indonesia ke arah yang lebih baik. "Yang membuat kita kuat adalah doa. Yang membuat kita dewasa adalah masalah. Yang membuat kita maju adalah usaha keras".

Sekian dan terima kasih


 

Transfer Do'a Untuk Sang Penggerak... Bagian 3...

 


 Kemudian saya berpamitan untuk berangkat ke sekolah, disela waktu istirahat mengajar saya mencoba melakukan registrasi melalui akun SIM GPO. Setelah mencoba melakukan pendaftaran dengan syarat harus ada izin dari kepala sekolah dan rekan sejawat  yang kita harus ofloud dalam bentuk pdf. Maka tahap pendaftaran dinyatakan berhasil.

Setelah itu kita lanjut ketahap menjawab esai. Di sana sudah ada soal yang diberikan kita hanya menulis jawaban tidak jauh-jauh dari pengalaman kita sebagai guru, sebagai anggota masyarakat dan pengalaman dalam berorganisasi.

Tetap saja saya harus berhati-hati dalam menjawab soal tersebut, karena kemampuan saya dalam menulis dengan karakter yang panjang masih sangat minim, dengan tertatih-tatih merangkai kata agar kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya enak dibaca, cukup membuat detak jantung saya berdetak lebih kencang. Matapun terasa perih karena terlalu lama melihat layar hanphone. Maklum mata saya minus 2 ditambah selinder 1.7.

Beberapa kali saya harus menghapus kalimat yang tidak sesuai setelah dibaca ulang. Dalam hati berbisik “diawal pendaftaran saja sudah serumit ini apalagi kedepannya?”, Disaat rasa letih, bosan begitu kuat dan otakpun rasanya susah untuk diajak kompromi bayangan sosok isteri tercinta datang memberikan motivasi seakan mendapatkan suplai energi dan semangat yang luar biasa.

Seharusnya esai diketik terlebih dahulu di laptop agar mudah disimpan bisa dipelajari kembali saat tes wawancara. Tapi sayang laptop saya sudah tiga bulan yang lalu rusak dan belum bisa diperbaiki. Seharusnya saya beli laptop yang baru, tapi apalah daya keadaan keuangan lagi sedang memburuk.

Sebelum mendaftar kebetulan saya mendapatkan banyak ujian dari Tuhan, siang itu awan pekat menyelimuti sebgian langit, dunia terasa gelap padahal waktu menunjukkan pukul 14.00 Wita. Angin berhembus begitu kencang daun-daun berterbangan kesana-kemari disertai hujan yang turun begitu derasnya. “Mungkinkan alam marah atau Tuhan ingin mengakhiri kehidupan dunia ini?”

Saya masih berada dalam rumah bersama anak-anak, isteri masih melaksanakan solat zuhur. Tiba-tiba  saya merasakan air hujan jatuh membasahi seluruh badan, ternyata atap rumah sudah diterbangkan dalam hitungan detik. Semuanya terjadi begitu cepat tanpa saya sadari kapan diterbangkan, tanpa menyisakan sedikitpun, saya melihat anak-anak sepertinya menikmati bermain hujan di dalam rumah dengan riangngya. Seakan tidak merasakan kesedihan yang dirasakan orang tuanya.

Kemudian saya sadar untuk segera menyelamatkan barang-barang agar tidak banyak yang rusak terutama barang elektronik. Hal pertama yang saya lakukan adalah memutuskan aliran listrik agar tidak terjadi bahaya selanjutnya. Saya berlari kesana-kemari seperti orang gila untuk menutupi lemari pakaian yang terbuat dari kayu, kasur, dan barang yang lainnya dengan  pelastik, tikar dan alat yang bisa digunakan,

Dalam keadaan hujan saya masih melihat istrei masih khusuk menyelesaikan solatnya. Tapi apa daya saya lupa menyelamatkan laptop, saya melihat laptopnya sudah terendam air sampai sekarang tidak bisa dinyalakan lagi.  Disaat itu saya sama sekali tidak memiliki tabungan. Tabungan yang dikumpulkan selama 3 tahun untuk membangun rumah habis ditipu oleh orang yang menganggap dirinya sebagai sahabat.

Setahu saya sahabat tidak akan pernah tega melihat sahabatnya menderita apalagi sampai menipu sahabatnya sendiri. Atas perbuatannya yang tidak bertanggung jawab keuanganpun menjadi susah.

Mengingat perbuatannya membuat hati terasa sesak. Darah mengalir dengan kencang amarahpun memuncak ingin sekali dalam hati mengutuk semua perbuatannya agar dia mendapatkan balasan yang setimpal.

Tapi saya pikir itu adalah perbuatan yang sia-sia yang akan menambah sakit di hati. Disaat amarah memuncak, saya diam sebentar kemudian menarik napas panjang dan dikeluarkan pelan-pelan sambil mengucapkan Istigfar “astagfirullah halazim”. Berlahan saya mendapatkan ketenangan. Teknik ini bisa saya gunakan disaat hati dan pikiran sedang kacau karena banyaknya tugas dan beratnya cobaan hidup.

“Mengenai perbuatannya biarlah Allah yang menilai dan memberi ganjaran yang setimpal sesuai dengan perbuatannya”. Semuanya adalah titipan dari Allah SWT. Alhamdulilah setelah kembali ke titik nol, sadar bahwa ini adalah ujianNya.

Bersambung…


Transfer Do'a Untuk Sang Penggerak... Bagian 2...

Bagian 2

Tawa penuh ceria, beberapa siswa berlarian kesana-kemari seolah tak ingin seorangpun merampas masa remaja yang begitu indah. Sangat enerjik masa dimana mereka haus pengetahuan, penasaran dengan hal baru. Beberapa diantaranya menyapaku seolah tak ada batas diantara kami.

“Siang pak, Assalamualaikum pak, habis ngajar di kelas mana pak?” sapa mereka. Senang rasanya sekedar disapa oleh mereka. Rasa kesal, marah terobati karena beberapa siswa tidak mengerjakan tugas. Sebenarnya anak-anak yang menyapa saya juga bukan anak yang rajin, punya segudang prestasi atau anak yang pandai. Sebagian besarnya adalah anak di bawah rata-rata.

Dipojok kantin milik bu Ayu, tempat paling nyaman sekedar menikmati segelas kopi dan beberapa makanan ringan. Kantin ibu Ayu memang tempat pavorit bagi semua guru untuk menghabiskan waktu istirahat sebelum bel masuk. Tempatnya yang bersih, kursi, meja dan rak makanan tersusun rapi. Beberapa lukisan sengaja dipajang di setiap sudut sehingga menambah kenyaman siapa saja yang datang.

Cuaca pada siang itu sangat panas sekali, terasa matahari berada di atas kepala, sehingga keringatpun tanpa terasa mengalir dengan derasnya, sesekali saya menyeka keringat  menggunakan tisu yang tersedia di kantin. Tiba-tiba saya mendapatkan pesan singkat bahwa program guru penggerak angkatan ke-2 dibuka. “Terima kasih informasinya pak” membalas pesan dari rekan sejawat.

Setelah membayar semua pesanan. kulangkahkan kaki menuju para pemburu ilmu yang dari tadi mengharapkan kehadiranku. Langkah penuh harap semoga dengan mendaftar program guru penggerak saya mendapatkan jawaban dan solusi terhadap kekuranganku selama ini menjadi guru.

Sesampainya di rumah ingin rasanya menceritakan keinginan mendaftar sebagai guru penggerak. Ternyata isteri masih tertidur pulas. Setelah menyelesaikan makan siang dan solat zuhur,

Lega sekali rasanya, merasakan seluruh badan yang menempel di kasur, menghilangkan semua rasa capek dari segelumit rutinitas seharian. Saya merebahkan tubuh ini disamping isteri yang tertidur pulas. Saya tidak tega membangunkannya karena pasti sangat capek seharian menngurus rumah dan anak-anak. Disampingnya ada bayi kami yang masih berumur 5 bulan sedang menikamti ASI. Kubelai rambutnya, kecupan sayang di keningnya ”terima kasih bu” ucapku.

Pagi itu sang surya enggan untuk menampakan wajahnya angin semilir bersembunyi di balik awan hitam yang pekat, burung yang biasa bernyanyi hanya sesekali terdengar kicauannya. Saya yang sudah dari tadi siap untuk berangkat sekolah setelah menyelesaikan sarapan yang dibuat oleh istri tercinta.

Sambil tersenyum membawa segelas kopi yang masih hangat dan menyodorkannya. " mas bro silakan diminum kopinya" suara lembut itu menyadarkanku dari lamunan. " Ya mba bro terima kasih",  terkadang kami bercanda dengan memanggil mas bro dan mba bro.

Kemudian dia bertanya " apa yang bapak pikirkan?".  " Ini bu,  saya berkeinginan untuk mendaftarkan diri sebagai calon guru penggerak". " Apa itu guru penggerak tanyanya dengan lembut?", kemudian saya jelaskan seperti apa guru penggerak tersebut.

Tak kusangka responnya sangat baik, dengan penuh semangat dia memberikan motivasi untuk segera mendaftarkan diri. "Ini program yang sangat bagus buat bapak. apa yang menjadi masalahnya?" kupandangi wajahnya yang tulus tampak jelas ada beberapa kerutan yang sudah mulai nampak di wajahnya menandakan begitu besarnya pengorbanan yang sudah dilakukan untuk keluarga kecilku, karena kurang istirahat mengurus diriku dan anak-anak terlihat jelas matanya yang layu menandakan dirinya kurang tidur.

“Program ini sangat panjang Bu, apakah ibu mengijinkan saya untuk ikut program ini?".  " Pah...apapun itu, jika tujuannya bagus untuk bapak dan orang lain, ibu selalu mendukung dan mendoakan yang terbaik buat bapak". "Terima kasih bu, ibu memang sangat luar biasa, Bapak tidak salah memilih ibu sebagai pendamping bapak". Sambil mengecup tangannya yang dari tadi kugegam erat.

Bersambung…



 

Jumat, 06 Agustus 2021

Transfer Doa Untuk Sang Penggerak, Bagian Satu

Bagian Satu


Awal mendengar tentang guru penggerak bisa dibilang suatu kebetulan, berawal dari membaca status seorang teman di media sosial, beliau membuat status pengumuman pembukaan program guru penggerak angkatan 1. Saya tidak terlalu paham tentang program mas menteri ini, untuk menjawab rasa penasaran kemudian saya browsing di internet seperti apa sih program guru penggerak? bisik dalam hati saya.

Setelah browsing di internet saya mendapatkan gambaran tentang program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, BA, MBA, yang lebih dikenal dengan sebutan mas Menteri.

Awalnya ragu dan sungkan untuk bertanya perihal status beliau akan tetapi rasa penasaran lebih kuat dari rasa malu, kemudian saya memberanikan diri untuk menanyakan perihal informasi yang dibagikan. Saya ambil hanphone yang biasa saya taruh di samping bantal tempat tidur, setelah pulang dari sekolah dengan rutinitas mengajar biasanya saya setelah sholat zuhur, makan siang, bercengkarama dengan anak dan isteri saya merebahkan diri untuk istirahat untuk mengembalikan tenaga karena seharian bekerja.

Sambil menarik nafas panjang saya menekan nomor kontak beliau, telpon saya berdering menunjukkan jika nomor kontak beliau aktik, “dalam hati saya bergumam semoga beliau tidak sibuk dan tidak terganggu dengan panggilan saya”, lagi-lagi saya menarik nafas panjang. Syukur saja belum selesai saya menghembuskan nafas dari kejauhan terdengar suara beliau yang sopan dan lembut mengucapkan salam.

“Assalamulaikum pak ada yang bisa saya bantu sapa beliau dengan sopan?” saya yang mendengar itu langsung menjawab dengan terbata-bata sambil menjawab “walaikum salam pak kasi”. Ya beliau dulunya rekan sejawat waktu masih mengajar di SMAN 1 Kuripan, beliau terkenal sebagai guru yang baik, sabar dan lembut kepada semua orang guru, staf dan siswa.

Sebagai junior saya banyak belajar bagaimana cara menjadi guru yang baik. Sekarang beliau ditugaskan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat, nama beliau  Bapak Rizaldi Harmonika Maas. S. Pd. “Ada yang bisa saya bantu pak?”. Beliau mengulang kembali pertanyaannya, saya dengan cepat menjawab. “Saya membaca status pak Kasi di tentang guru penggerak, saya ingin mendaftarkan diri tapi untuk Kabupaten Lombok Barat belum dibuka ucap saya”. Dengan sabar beliau menjelaskan,

“Maaf pak memang untuk Lombok Barat nanti di Angkatan ke-2 sekarang pendaftaran untuk Kabupaten Bima, Kota Bima dan Kabupaten Lombok Timur pak”. “oh iya pak? timpal saya”. “nanti jika ada pembukaan untuk Kabupaten Lombok Barat saya kabari ya” ucap beliau. Karena tidak mau mengganggu tugas beliau akhirnya saya memutuskan untuk menghentikan komunikasi. “terima kasih pak kasi atas infonya”. Kemudian pembicaraan saya hentikan dengan ucapan salam.

Bersambung…