Oleh : Makripuddiin
Resume ke-24
Gelombang 27
Tanggal: Jumat, 14 Oktober 2022
Tema: Menulis di Kala Sakit
Narasumber: Suharto, M. Pd.
Moderator: Raliyanti
Assalamualaikum wr. Wb. Kth. Halo sobat bloger saya doakan semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmatNYA, tetap sehat dan diberikan rizki yang berkecukupan. Amiin ya robbalalamin
Halo sobat bloger, malam ini, saya kembali belajar bersama Guru-guru hebat senusantara. Pembelajaran kali didampingi Oleh seseorang yang sangat menginspirasi.
Seseorang yang karena kecintaannya pada dunia tulis menulis membuat hidupnya lebih berkah. Kesehatan yang sempat luput dalam hidupnya berangsur kembali, salah satunya karena keajaiban dari menulis. Ya… beliau tetap menulis walau pun dalam keadaan sakit.
Sakit yang membuatnya lumpuh bukan halangan untuk terus berbagi dan menginspirasi. Seorang yang tekun belajar walau pun dalam keadaan sakit dan tetap berpikir bagaimana dengan kondisinya saat ini beliau masih bisa bermanfaat bagi orang lain.
Masyaallah, saya yang sehat ini jadi malu pada diri sendiri. Bapak Suharto, M.Pd. atau Cing Ato, demikian biasanya beliau disapa. Seorang guru di MTsN 5 Jakarta. Alhamdulillah, masih aktif mengajar dan terus berkarya menerbitkan buku. Beliau merambah pula ke dunia desain cover buku. Youtuber juga… Kereenn… Berikut Profil Singkat Cing Ato
Baiklah, bapak ibu… kita ikuti dan simak bersama materi kita malam hari ini, yaitu : MENULIS DI KALA SAKIT.
Ok, sobat bloger
Pada pertemuan ini narasumber akan berbagi pengalaman beliau ketika "Ketika Menulis Di Kala Sakit".
Beliau juga bercerita awal mulanya menulis itu sangat sulit bahkan tidak punya kemampuan sama sekali, sehingga menjadi guru sudah puluhan tahun tidak ada karya tulis yang dihasilkan.
Awal mula menulis berawal karena butuh sebuah karya tulis, baik yang bersifat ilmiah maupun non ilmiah. Kebetulan saya seorang ASN. Dahulu kenaikan pangkat sangat mudah. Namun, ketika saya berada pada golongan III.d. dan ingin naik golongan ke IV.a. persyaratan wajib harus mempunyai karya tulis ilmiah dan buku penunjang lainnya.
Akhirnya beliau mencari pelatihan menulis lewat medsos (Facebook). Ketika saya men-scroll FB ada pelatihan di Wisma UNJ yang diselenggarakan oleh komunitas sejuta guru ngeblog (KSGN) bertemulah beliau dengan orang -orang hebat. Siapa mereka? Sudah tidak asing lagi bagi kita, yaitu: Bang Namin, Om Jay, Om Dedi, dan yang lainnya.
Hampir tiga kali pelatihan beliau ikuti kegiatan KSGN. Dari sinilah, beliau dapat kunci bagaimana caranya menulis.
Pada pelatihan pertama beliau dapat ilmu tentang menulis PTK. Pada pelatihan ke-2 sekitar tgl 27-29 Desember 2016 di Wisma UNJ. Dari sini saya dapat menulis buku Antologi perdana dengan judul Bukan Guru Biasa.
Pada pelatihan ke-3 tentang public speaking, kebetulan salah satu materinya tentang menulis dan narasumbernya Om Jay. Dari Om Jay beliau menemukan kunci bagaimana menulis. Itupun disebabkan beliau bertanya kepada Om Jay. Bertanya tentang bagaimana cara memulai untuk menulis? Apa yang harus ditulis? Dan bagaimana cara mengakhiri sebuah tulisan?
Yang masih saya ingat dari jawaban beliau, yaitu: Tulis apa yang ada disekitar kita, tulis apa yang kita bisa, tulis materi yang kita kuasai, tulis apa yang kita alami, ide menulis banyak berserakan di sekitar kita, tulis dengan bahasa yang sederhana yang penting pesannya tersampaikan, dan lainnya.
Pertanyaan beliau terpilih sebagai pertanyaan yang mewakili keinginan Om Jay. Alhamdulillah, dapat hadiah dari Om Jay
Pulang dari pelatihan beliau kemudian menulis apa saja yang bisa ditulis dan ysng dislami. Hampir setiap hari menulis satu artikel. Sambil menulis beliau tidak berhenti mencari Pelatihan-pelatihan menulis lagi lewat media sosial.
Kemudian beliau melihat ada pelatihan di daerah Cipanas Jawa barat yang diselenggarakan oleh komunitas menulis Media Guru. Lalu beliau mendaftar dan pada tanggal 27-29 Desember 2017. ikut pelatihan menulis selama tiga hari dua malam dijalani.
Hampir dua tahun berturut-turut narasumber berkelana mencari ilmu tentang menulis. Meninggalkan anak dan istri dengan biaya lumayan. Dari pelatihan-pelatihan inilah terbit buku solo perdana beliau dengan judul "Mengejar Azan" buku perdana ini kemudian menjadi penyemangat beliau untuk membuat buku-buku yang lainnya. Untuk mengenang terus buku pertama beliau, narasumber meminta teman untuk melukiskannya, lalu beliau diberi bingkai kemudian diletakkan di depan meja kerja.
Sebuah kebahagiaan tersendiri buat beliau, bangga rasanya mempunyai buku. Teman-teman beliau banyak yang mengapresiasi dan membeli buku perdananya.
Namun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Tiba-tiba badai tornado meluluhlantahkan kebahagiaan. Dengan hitungan jam tubuh ini lunglai, semua syaraf mati, seluruh tubuh tidak bergerak, lidah tertarik, urat wajah pun tertarik, suara hilang, dan nafaspun tidak bisa. Akhirnya nafas dibantu oksigen dan ventilator. 1 bulan 13 hari dirawat di ruang ICU. Dengan hitungan hari tubuh yang besar lagi tingi tinggal tulang berbalut kulit. Banyak teman bilang sepertinya Cing Ato tidak ada harapan.
Di ruang ICU tidak ada perubahan, lalu dipindah ke ruang yang lebih intensif, ruang HCU. Ditemani oleh 2 suster dan 1 dokter yang jaga. Hampir 3 bulan dirawat di ruang HCU. Dokter sudah pesimis dan mendiagnosa bahwa beliau tidak akan lepas dari ventilator. Pihak rumah sakit ingin mengusir, tapi istri berjuang agar tidak diusir dari rumah sakit. Istri pinta sampai lepas ventilator dan diperbolehkan pulang.
Tiba-tiba pada suatu malam ventilator rusak, saya sudah pasrah jika malam itu dipanggil menghadap sang maha kuasa. Ternyata pagi-pagi ada keajaiban beliau baik-baik saja dan masih membersamai kita pada kelas menulis. Mungkin di antara penyebab beliau masih bernafas karena ada doa dari orang-orang saleh yang selalu mendokakan beliau tegasnya.
Seharusnya jika ventilator rusak, maka akan berakibat fatal bagi pasien. Lebih lanjut bisa dibaca di buku" GBS Menyerangku; Kisah seorang guru bergulat dengan penyakit langkah dengan menulis"
Setelah lepas ventilator kemudian bisa pulang dalam kondisi memakai oksigen. Pulang dari rumah sakit masih dalam kondisi sakit.
Tidak bisa bergerak, hampir satu tahun seluruh tubuh tak bergerak, setelah itu mulai satu persatu bergerak. Hari-hari hanya terbaring di tempat tidur. Jenuh, bosan, hampir saja stress.
Ketika sedang melamun, tiba-tiba ada suara gawai istri yang tertinggal di rumah. Beliau kemudian meminta tolong kepada asisten rumah tangga untuk mengambilkan dan meletakkan di atas dada di alasi bantal lalu tempat tidurnya ditinggikan bagian kepala sehingga bisa melihat gawai.
Kemudian beliau coba menyentuhnya, ternyata bisa. Rasa bahagia dan semangat hidup datang kembali. Ketika istri beliau pulang dari mengajar kemudian meminta gawai yang selama setahun lebih tidak pernah digunakan. Istri beliau langsung membelikan kartu baru. Mulailah beliau melacak Facebook, butuh waktu tiga hari baru terlacak password-nya tegasnya.
Mulailah kegiatan menulis digeluti, menulis dengan satu tema, yaitu tentang motivasi hidup. Hampir setiap hari beliau selalu menulis, malam digunakan untuk mencari ide dan bakda subuh langsung menulisnya. Beliau bercerita tidak bisa tidur jikabelum menemukan ide.
Senin sampai Jumat digunakan untuk menulis motivasi. Sabtu dan Minggu untuk menulis tentang apa yang sedang beliau alami dan rasakan.
Semua tulisannya share ke Facebook. Banyak yang mengapresiasi dan menunggu tulisan saya berikutnya. Tak ketinggalan pula Om Jay sempat kaget dengan apa yang narasumber posting/share di medsos. Om Jay vicol beliau, padahal suara saya belum jelas. Om Jay mengajak untuk ikut pelatihan menulis di gelombang 8, beliau mengikuti pelatihan semampu beliau.
Sayang beliau tidak lulus, Karena tidak menyetor resume. Tetapi materinya pembelajarantetap disimpan di blog dan wordpress. Setelah ada waktu senggang baru beliau edit dan dijadikan buku.
Alhamdulillah, dengan mengikuti pelatihan menulis PGRI menambah nutrisi tulisan lebih hidup tegas narasumber.
Akhirnya lahirlah buku perdana ketika sakit, dengan judul GBS Menyerangku..., Secara bersamaan terbit buku kedua, judul Menuju Pribadi unggul; Seni Menata Diri. Buku ini di bawah bimbingan pak Akbar Zaenudin. Hal ini adalah hasil menulis secara bersamaan setiap hari satu sampai dua artikel
Selanjutnya secara estafet terbit buku-buku yang lainnya. Seperti buku motivasi, memor, cerpen, novel Betawi, tentang menulis, dan lainnya.
Sampai hari ini sudah 12 buku solo yang berhasil diterbitkan. Dan yang ke 12, yaitu Menulis di Kala Sakit.
Masih ada dua yang belum diterbitkan, calon buku ke -13 dan 14, yaitu : Catatan harian sang guru dan catatan harian guru Blogger Madrasah.
HIKMAH DARI MENULIS DI KALA SAKIT
1. Kedatangan para youtuber ( Chanel Akbar Zaenudin "Guru Inspiratif" dan Chanel Sutrisno Muslim "Kesempatan Kedua Mengubahku"
2. Mendapatkan Penghargaan "Pahlawan Pendidikan" dari Bank Japar Jakarta.
3. Menjadi Narasumber pelatihan menulis di Komunitas belajar menulis di KSGN PGRI. Bahkan baru saja sahabat literasi minta saya mengisi kegiatan menulis di daerah NTT (AGUPENA). Asosiasi Guru Penulis Indonesia
4. Banyak punya teman hingga banyak yang bantu menerbitkan buku
5. Banyak teman ditempat kerja yang terinspirasi membuat buku
Selanjutnya narasumber belajar disain cover buku sehingga bisa buat untuk sendiri maupun bantu teman tegasnya.
Demikian cerita inspiratif dari narasumber semoga bisa dimaknai dengan tepat dan diambil hikmahnya. Dan semoga kita yang sehat lebih semangat lagi untuk berkarya dan menghasilkan buku.
Bisa Serapi ini Pak... gambar lengkap ✊✊
BalasHapusHari ini saya tidak menulis resume tapi bercerita, pak arif resume nya lengkap
BalasHapusTerima kasih
BalasHapus