Kamis, 12 Agustus 2021

Transfer Doa Untuk Sang Penggerak, Bagian 4


Tak disangka-sangka bantuan dalam bentuk pinjaman untuk membangun rumah, datang tanpa diminta. Disini Allah menunjukkan kasih sayangnya. Banyak keluarga dan sahabat yang berempati dan memberi pinjaman tanpa batas waktu pengembalian. Sehingga jadilah gubuk sederhana untuk berlindung dari terik matahari dan hujan.

Untuk mengantisifasi permasalahan yang muncul dalam menulis di esai seperti jawaban hilang secara tiba-tiba ketika ada panggilan masuk atau gangguan lainnya. Esai ditulis pada draf pesan kemudian dicopi di tugas esai. Tes selanjutnya adalah tes sekolastik. Tes berjalan dengan sempurna, tanpa mendapatkan kendala yang berarti.

Setelah beberapa mingku kemudian kita mendapatkan info ketahap simulasi mengajar. Banyak yang gugur di tes sekoalistik. Sebelum tes simulasi mengajar kita harus membuat RPP satu lembar yang harus diunggah di guru berbagi.

Dalam simulasi ini saya benar-benar mempersiapkan diri dengan matang mulai dari internet yang kuat, materi dan kesehatan. Satu jam sebelum dimulai saya merasa nerfes dan sering bolak balik ke kamar kecil. Kemudian saya telpon iseri ceritakan kejadian yang saya alami. Dia lagi-lagi memberi semangat  dan do’a yang tulus. Saya mendapatkan lagi kepercayaan diri.

Simulasi mengajarpun dimulai, di tengah-tengah persentasi tiba-tiba layar laptop yang saya gunakan mati. Saya panik, keringat mulai bercucuran dengan derasnya dan  tangan mulai gemetaran, setelah saya periksa Ternyata wifinya terputus. Segera saya menghidupkan internet hanphon kemudian menggunakan hospot pribadi. Lega rasanya bisa terhubung dengan tim penilai kembali seraya memohon maaf atas kendala yang terjadi, sesi inipun selesai.

kemudian setelah beberapa minggu kemudian kita lanjut ke tes yang paling menentukan yaitu tes wawancara, di tes ini lagi-lagi saya mendapatkan kendala yang cukup serius, saya tidak bisa mendengar tim penilai karena jaringan internet yang buruk. Saya hanya bisa mendengar beberapa kata. Tapi saya tidak mau menyerah sayapun tetap semangat menyelesaikannya tes ini.

Trik yang saya gunakan saya hanya mengira-ngira soal diberikan kepada saya kemudian saya tanyakan kemabali kepada tim penilai apakah mereka menyakan saya masalah ini dan saya minta tim penilai untuk menganggukkan kepala jika soal yang saya tebak benar tentunya saya sudah jelaskan jika saya tidak bisa mendengar suara beliau dengan jelas.

Beruntung soal yang diberikan tidak jauh berbeda dengan soal esai yang pernah kita jawab di awal pendaftaran. Beruntungnya tim penilai bisa mendengarkan suara saya dengan cukup jelas.

Selanjutnya menunggu hasil pengumuman kelulusan dan hasilnya Alhamdulillah saya lulus sebagai Calon Guru Penggerak angkatan kedua dari Lombok Barat. Dalam perjalanan saya mengikuti program ini saya mendapatkan pelajaran yang banyak sekali yang bisa saya gunakan sebagai modal saya menjadi guru yang baik.

Berkat dukungan dan do’a isteri tercinta saya masih tetap semangat untuk menyelesaikan program ini agar bisa menjadi bagian dari agen perubahan pendidikan di Indonesia ke arah yang lebih baik. "Yang membuat kita kuat adalah doa. Yang membuat kita dewasa adalah masalah. Yang membuat kita maju adalah usaha keras".

Sekian dan terima kasih


 

Transfer Do'a Untuk Sang Penggerak... Bagian 3...

 


 Kemudian saya berpamitan untuk berangkat ke sekolah, disela waktu istirahat mengajar saya mencoba melakukan registrasi melalui akun SIM GPO. Setelah mencoba melakukan pendaftaran dengan syarat harus ada izin dari kepala sekolah dan rekan sejawat  yang kita harus ofloud dalam bentuk pdf. Maka tahap pendaftaran dinyatakan berhasil.

Setelah itu kita lanjut ketahap menjawab esai. Di sana sudah ada soal yang diberikan kita hanya menulis jawaban tidak jauh-jauh dari pengalaman kita sebagai guru, sebagai anggota masyarakat dan pengalaman dalam berorganisasi.

Tetap saja saya harus berhati-hati dalam menjawab soal tersebut, karena kemampuan saya dalam menulis dengan karakter yang panjang masih sangat minim, dengan tertatih-tatih merangkai kata agar kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya enak dibaca, cukup membuat detak jantung saya berdetak lebih kencang. Matapun terasa perih karena terlalu lama melihat layar hanphone. Maklum mata saya minus 2 ditambah selinder 1.7.

Beberapa kali saya harus menghapus kalimat yang tidak sesuai setelah dibaca ulang. Dalam hati berbisik “diawal pendaftaran saja sudah serumit ini apalagi kedepannya?”, Disaat rasa letih, bosan begitu kuat dan otakpun rasanya susah untuk diajak kompromi bayangan sosok isteri tercinta datang memberikan motivasi seakan mendapatkan suplai energi dan semangat yang luar biasa.

Seharusnya esai diketik terlebih dahulu di laptop agar mudah disimpan bisa dipelajari kembali saat tes wawancara. Tapi sayang laptop saya sudah tiga bulan yang lalu rusak dan belum bisa diperbaiki. Seharusnya saya beli laptop yang baru, tapi apalah daya keadaan keuangan lagi sedang memburuk.

Sebelum mendaftar kebetulan saya mendapatkan banyak ujian dari Tuhan, siang itu awan pekat menyelimuti sebgian langit, dunia terasa gelap padahal waktu menunjukkan pukul 14.00 Wita. Angin berhembus begitu kencang daun-daun berterbangan kesana-kemari disertai hujan yang turun begitu derasnya. “Mungkinkan alam marah atau Tuhan ingin mengakhiri kehidupan dunia ini?”

Saya masih berada dalam rumah bersama anak-anak, isteri masih melaksanakan solat zuhur. Tiba-tiba  saya merasakan air hujan jatuh membasahi seluruh badan, ternyata atap rumah sudah diterbangkan dalam hitungan detik. Semuanya terjadi begitu cepat tanpa saya sadari kapan diterbangkan, tanpa menyisakan sedikitpun, saya melihat anak-anak sepertinya menikmati bermain hujan di dalam rumah dengan riangngya. Seakan tidak merasakan kesedihan yang dirasakan orang tuanya.

Kemudian saya sadar untuk segera menyelamatkan barang-barang agar tidak banyak yang rusak terutama barang elektronik. Hal pertama yang saya lakukan adalah memutuskan aliran listrik agar tidak terjadi bahaya selanjutnya. Saya berlari kesana-kemari seperti orang gila untuk menutupi lemari pakaian yang terbuat dari kayu, kasur, dan barang yang lainnya dengan  pelastik, tikar dan alat yang bisa digunakan,

Dalam keadaan hujan saya masih melihat istrei masih khusuk menyelesaikan solatnya. Tapi apa daya saya lupa menyelamatkan laptop, saya melihat laptopnya sudah terendam air sampai sekarang tidak bisa dinyalakan lagi.  Disaat itu saya sama sekali tidak memiliki tabungan. Tabungan yang dikumpulkan selama 3 tahun untuk membangun rumah habis ditipu oleh orang yang menganggap dirinya sebagai sahabat.

Setahu saya sahabat tidak akan pernah tega melihat sahabatnya menderita apalagi sampai menipu sahabatnya sendiri. Atas perbuatannya yang tidak bertanggung jawab keuanganpun menjadi susah.

Mengingat perbuatannya membuat hati terasa sesak. Darah mengalir dengan kencang amarahpun memuncak ingin sekali dalam hati mengutuk semua perbuatannya agar dia mendapatkan balasan yang setimpal.

Tapi saya pikir itu adalah perbuatan yang sia-sia yang akan menambah sakit di hati. Disaat amarah memuncak, saya diam sebentar kemudian menarik napas panjang dan dikeluarkan pelan-pelan sambil mengucapkan Istigfar “astagfirullah halazim”. Berlahan saya mendapatkan ketenangan. Teknik ini bisa saya gunakan disaat hati dan pikiran sedang kacau karena banyaknya tugas dan beratnya cobaan hidup.

“Mengenai perbuatannya biarlah Allah yang menilai dan memberi ganjaran yang setimpal sesuai dengan perbuatannya”. Semuanya adalah titipan dari Allah SWT. Alhamdulilah setelah kembali ke titik nol, sadar bahwa ini adalah ujianNya.

Bersambung…


Transfer Do'a Untuk Sang Penggerak... Bagian 2...

Bagian 2

Tawa penuh ceria, beberapa siswa berlarian kesana-kemari seolah tak ingin seorangpun merampas masa remaja yang begitu indah. Sangat enerjik masa dimana mereka haus pengetahuan, penasaran dengan hal baru. Beberapa diantaranya menyapaku seolah tak ada batas diantara kami.

“Siang pak, Assalamualaikum pak, habis ngajar di kelas mana pak?” sapa mereka. Senang rasanya sekedar disapa oleh mereka. Rasa kesal, marah terobati karena beberapa siswa tidak mengerjakan tugas. Sebenarnya anak-anak yang menyapa saya juga bukan anak yang rajin, punya segudang prestasi atau anak yang pandai. Sebagian besarnya adalah anak di bawah rata-rata.

Dipojok kantin milik bu Ayu, tempat paling nyaman sekedar menikmati segelas kopi dan beberapa makanan ringan. Kantin ibu Ayu memang tempat pavorit bagi semua guru untuk menghabiskan waktu istirahat sebelum bel masuk. Tempatnya yang bersih, kursi, meja dan rak makanan tersusun rapi. Beberapa lukisan sengaja dipajang di setiap sudut sehingga menambah kenyaman siapa saja yang datang.

Cuaca pada siang itu sangat panas sekali, terasa matahari berada di atas kepala, sehingga keringatpun tanpa terasa mengalir dengan derasnya, sesekali saya menyeka keringat  menggunakan tisu yang tersedia di kantin. Tiba-tiba saya mendapatkan pesan singkat bahwa program guru penggerak angkatan ke-2 dibuka. “Terima kasih informasinya pak” membalas pesan dari rekan sejawat.

Setelah membayar semua pesanan. kulangkahkan kaki menuju para pemburu ilmu yang dari tadi mengharapkan kehadiranku. Langkah penuh harap semoga dengan mendaftar program guru penggerak saya mendapatkan jawaban dan solusi terhadap kekuranganku selama ini menjadi guru.

Sesampainya di rumah ingin rasanya menceritakan keinginan mendaftar sebagai guru penggerak. Ternyata isteri masih tertidur pulas. Setelah menyelesaikan makan siang dan solat zuhur,

Lega sekali rasanya, merasakan seluruh badan yang menempel di kasur, menghilangkan semua rasa capek dari segelumit rutinitas seharian. Saya merebahkan tubuh ini disamping isteri yang tertidur pulas. Saya tidak tega membangunkannya karena pasti sangat capek seharian menngurus rumah dan anak-anak. Disampingnya ada bayi kami yang masih berumur 5 bulan sedang menikamti ASI. Kubelai rambutnya, kecupan sayang di keningnya ”terima kasih bu” ucapku.

Pagi itu sang surya enggan untuk menampakan wajahnya angin semilir bersembunyi di balik awan hitam yang pekat, burung yang biasa bernyanyi hanya sesekali terdengar kicauannya. Saya yang sudah dari tadi siap untuk berangkat sekolah setelah menyelesaikan sarapan yang dibuat oleh istri tercinta.

Sambil tersenyum membawa segelas kopi yang masih hangat dan menyodorkannya. " mas bro silakan diminum kopinya" suara lembut itu menyadarkanku dari lamunan. " Ya mba bro terima kasih",  terkadang kami bercanda dengan memanggil mas bro dan mba bro.

Kemudian dia bertanya " apa yang bapak pikirkan?".  " Ini bu,  saya berkeinginan untuk mendaftarkan diri sebagai calon guru penggerak". " Apa itu guru penggerak tanyanya dengan lembut?", kemudian saya jelaskan seperti apa guru penggerak tersebut.

Tak kusangka responnya sangat baik, dengan penuh semangat dia memberikan motivasi untuk segera mendaftarkan diri. "Ini program yang sangat bagus buat bapak. apa yang menjadi masalahnya?" kupandangi wajahnya yang tulus tampak jelas ada beberapa kerutan yang sudah mulai nampak di wajahnya menandakan begitu besarnya pengorbanan yang sudah dilakukan untuk keluarga kecilku, karena kurang istirahat mengurus diriku dan anak-anak terlihat jelas matanya yang layu menandakan dirinya kurang tidur.

“Program ini sangat panjang Bu, apakah ibu mengijinkan saya untuk ikut program ini?".  " Pah...apapun itu, jika tujuannya bagus untuk bapak dan orang lain, ibu selalu mendukung dan mendoakan yang terbaik buat bapak". "Terima kasih bu, ibu memang sangat luar biasa, Bapak tidak salah memilih ibu sebagai pendamping bapak". Sambil mengecup tangannya yang dari tadi kugegam erat.

Bersambung…



 

Jumat, 06 Agustus 2021

Transfer Doa Untuk Sang Penggerak, Bagian Satu

Bagian Satu


Awal mendengar tentang guru penggerak bisa dibilang suatu kebetulan, berawal dari membaca status seorang teman di media sosial, beliau membuat status pengumuman pembukaan program guru penggerak angkatan 1. Saya tidak terlalu paham tentang program mas menteri ini, untuk menjawab rasa penasaran kemudian saya browsing di internet seperti apa sih program guru penggerak? bisik dalam hati saya.

Setelah browsing di internet saya mendapatkan gambaran tentang program Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, BA, MBA, yang lebih dikenal dengan sebutan mas Menteri.

Awalnya ragu dan sungkan untuk bertanya perihal status beliau akan tetapi rasa penasaran lebih kuat dari rasa malu, kemudian saya memberanikan diri untuk menanyakan perihal informasi yang dibagikan. Saya ambil hanphone yang biasa saya taruh di samping bantal tempat tidur, setelah pulang dari sekolah dengan rutinitas mengajar biasanya saya setelah sholat zuhur, makan siang, bercengkarama dengan anak dan isteri saya merebahkan diri untuk istirahat untuk mengembalikan tenaga karena seharian bekerja.

Sambil menarik nafas panjang saya menekan nomor kontak beliau, telpon saya berdering menunjukkan jika nomor kontak beliau aktik, “dalam hati saya bergumam semoga beliau tidak sibuk dan tidak terganggu dengan panggilan saya”, lagi-lagi saya menarik nafas panjang. Syukur saja belum selesai saya menghembuskan nafas dari kejauhan terdengar suara beliau yang sopan dan lembut mengucapkan salam.

“Assalamulaikum pak ada yang bisa saya bantu sapa beliau dengan sopan?” saya yang mendengar itu langsung menjawab dengan terbata-bata sambil menjawab “walaikum salam pak kasi”. Ya beliau dulunya rekan sejawat waktu masih mengajar di SMAN 1 Kuripan, beliau terkenal sebagai guru yang baik, sabar dan lembut kepada semua orang guru, staf dan siswa.

Sebagai junior saya banyak belajar bagaimana cara menjadi guru yang baik. Sekarang beliau ditugaskan di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Nusa Tenggara Barat, nama beliau  Bapak Rizaldi Harmonika Maas. S. Pd. “Ada yang bisa saya bantu pak?”. Beliau mengulang kembali pertanyaannya, saya dengan cepat menjawab. “Saya membaca status pak Kasi di tentang guru penggerak, saya ingin mendaftarkan diri tapi untuk Kabupaten Lombok Barat belum dibuka ucap saya”. Dengan sabar beliau menjelaskan,

“Maaf pak memang untuk Lombok Barat nanti di Angkatan ke-2 sekarang pendaftaran untuk Kabupaten Bima, Kota Bima dan Kabupaten Lombok Timur pak”. “oh iya pak? timpal saya”. “nanti jika ada pembukaan untuk Kabupaten Lombok Barat saya kabari ya” ucap beliau. Karena tidak mau mengganggu tugas beliau akhirnya saya memutuskan untuk menghentikan komunikasi. “terima kasih pak kasi atas infonya”. Kemudian pembicaraan saya hentikan dengan ucapan salam.

Bersambung…

Jumat, 16 Juli 2021

7 Alasan Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Dapat Berhasil

 



7 Alasan Mengapa Pembelajaran Berdiferensiasi Dapat Berhasil ( Ini adalah terjemahan bebas dari artikel yang dipublikasikan melalui website https://inservice.ascd.org/7-reasons-why-differentiated-instruction-works/) dan terjemahannya di ambil dari modul 2.1.a.8 elaborasi pemahaman konsep Kursus: 31. PPPPTK PKn dan IPS - DRS. HM IMRON ROSYADI, M.M. PPGP 2, Section: Modul 2.1. (simpkb.id)

Berbicara tentang Pembelajaran Berdiferensiasi (Diferentiated Instruction/ DI) harus dimulai dengan pemahaman yang akurat tentang apa itu DI — dan apa itu yang bukan DI. Anda mungkin terkejut mengetahui betapa mudahnya Pembelajaran Berdiferensiasi dilakukan di kelas Anda. 

1. Pembelajaran Berdiferensiasi adalah bersifat proaktif. 

Dalam kelas, guru akan berasumsi bahwa murid yang berbeda memiliki kebutuhan yang berbeda dan secara proaktif merencanakan pembelajaran yang menyediakan berbagai cara untuk "mencapai" dan mengekspresikan pembelajaran. Guru mungkin masih perlu menyempurnakan pembelajaran untuk beberapa murid, tetapi karena guru tahu beragam kebutuhan muridnya di dalam kelas dan memilih opsi pembelajaran yang sesuai, maka kemungkinan besar pengalaman belajar yang mereka rancang akan cocok untuk sebagian besar murid. Diferensiasi yang efektif biasanya dirancang agar cukup kuat untuk melibatkan dan menantang beragam murid di kelas. 

2. Pembelajaran Berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif. Banyak guru secara salah berasumsi bahwa mendiferensiasi pembelajaran berarti memberi beberapa murid lebih banyak pekerjaan untuk dilakukan, dan yang lainnya lebih sedikit. Misalnya, seorang guru memberikan murid, yang memiliki kemampuan membaca yang lebih tinggi, tugas untuk membuat dua buah laporan buku, sementara murid yang kemampuannya lebih rendah hanya satu laporan saja. Atau seorang murid yang kesulitan dalam pelajaran matematika hanya diharuskan menyelesaikan tugas hitungan atau operasi bilangan, sementara murid yang lebih tinggi kemampuan diminta menyelesaikan tugas hitungan dan ditambah dengan soal-soal cerita. 

Meskipun pendekatan diferensiasi seperti itu mungkin tampak masuk akal, namun yang seperti itu biasanya tidak efektif. Membuat laporan tentang satu buku bisa saja tetap akan dirasa sebagai tuntutan yang tinggi untuk murid yang memang kesulitan. 

Seorang murid yang telah menunjukkan penguasaan satu keterampilan matematika akan siap untuk mulai bekerja dengan keterampilan yang lebih sulit. Menyesuaikan jumlah tugas biasanya akan kurang efektif daripada mengubah sifat tugas. 

3. Pembelajaran Berdiferensiasi berakar pada penilaian. Guru yang memahami bahwa pendekatan belajar mengajar harus sesuai dengan kebutuhan murid, akan mencari setiap kesempatan untuk mengenal murid mereka dengan lebih baik. Mereka melihat percakapan individu, diskusi kelas, pekerjaan murid, observasi, dan penilaian formal sebagai cara untuk terus mendapatkan wawasan tentang apa yang paling berhasil untuk setiap muridnya. Apa yang mereka pelajari akan menjadi katalis untuk menyusun dan merancang pembelajaran dengan cara-cara yang membantu setiap murid memaksimalkan potensi dan bakatnya. 

Di dalam pembelajaran berdiferensiasi, penilaian tidak lagi didominasi sesuatu yang terjadi pada akhir unit untuk menentukan "siapa yang mendapatkannya." Pra- penilaian diagnostik secara rutin akan dilakukan saat unit dimulai. Di sepanjang unit pembelajaran, guru menilai tingkat kesiapan, minat, dan pendekatan belajar yang digunakan murid dan kemudian merancang pengalaman belajar berdasarkan pemahaman terbaru dan terbaik tentang kebutuhan murid. Produk akhir, atau cara 

lain dari penilaian "akhir" atau sumatif, akan mengambil berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menemukan cara terbaik bagi setiap murid untuk menunjukkan hasil belajarnya selama unit tersebut berlangsung. 

4. Pembelajaran Berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk. 

Di semua ruang kelas, guru berurusan dengan setidaknya tiga elemen kurikuler: (1) konten — masukan, apa yang dipelajari murid; (2) proses — bagaimana murid berupaya memahami ide dan informasi; dan (3) produk — keluaran, atau bagaimana murid menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. 

Dengan membedakan ketiga elemen ini, guru menawarkan pendekatan berbeda terhadap apa yang dipelajari murid, bagaimana mereka mempelajarinya, dan bagaimana mereka menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Kesamaan dari pendekatan yang berbeda ini adalah bahwa semuanya dibuat untuk mendorong pertumbuhan semua murid dalam usaha mereka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan untuk memajukan atau meningkatkan proses pembelajaran baik untuk kelas secara keseluruhan maupun untuk murid secara individu. 

5. Pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid. Pembelajaran berdiferensiasi beroperasi pada premis bahwa pengalaman belajar paling efektif adalah ketika pembelajaran tersebut berhasil mengundang murid untuk terlibat, relevan, dan menarik bagi murid. Akibat dari premis itu adalah bahwa semua murid tidak akan selalu menemukan jalan yang sama untuk belajar yang sama mengundang, relevan, dan menariknya. Lebih lanjut, pembelajaran berdiferensiasi mengakui bahwa pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang akan datang harus dibangun di atas pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman sebelumnya — dan bahwa tidak semua murid memiliki fondasi belajar yang sama pada awal proses pembelajaran. Para guru yang membedakan pengajaran di kelas-kelas yang memiliki keragaman secara akademis berusaha untuk memberikan pengalaman belajar yang secara tepat menantang untuk semua murid mereka. Guru-guru ini menyadari bahwa kadang-kadang tugas yang tidak menantang bagi beberapa peserta didik bisa jadi sangat rumit bagi yang lain. 

6. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual. Ada waktu ketika pembelajaran seluruh kelas adalah pilihan yang efektif dan efisien. Ini berguna untuk membangun pemahaman bersama, misalnya, dan memberikan kesempatan untuk diskusi dan ulasan bersama yang dapat membangun rasa kebersamaan. Pembelajaran berdiferensiasi ditandai oleh irama berulang dari melakukan persiapan kelas, mengulas kembali, dan berbagi, yang kemudian diikuti oleh kesempatan untuk eksplorasi individu atau kelompok kecil, ekstensi, dan produksi. 

7. Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis. Di ruang kelas yang berbeda, mengajar adalah sebuah evolusi. murid dan guru sama-sama pembelajar. Guru mungkin tahu lebih banyak tentang materi pelajaran, namun mereka juga terus belajar tentang bagaimana murid mereka belajar. Kolaborasi yang berkelanjutan dengan murid diperlukan untuk memperbaiki peluang belajar agar efektif untuk setiap murid. Guru memantau kecocokan antara kebutuhan murid dan proses pembelajaran mereka serta membuat penyesuaian sebagaimana diperlukan. 

Diadaptasi dari How to Differentiate Instruction in Academically Diverse Classrooms, 3rd Edition, oleh Carol Ann Tomlinson, Alexandria, VA: ASCD. ©2017 oleh ASCD. Hak cipta terdaftar.

Kamis, 15 Juli 2021

Modul 2.1 tugas 2.1.a.6 Refleksi Terbimbing

sumber kemdikbud


assalamualaikum wr.wb.kth. selamat berbahagia Bapak/Ibu guru hebat pada kesempatan kali ini saya ingin menyapa Bapak/Ibu guru hebat semua dimanapun anda berada semoga nada semua dalam keadaan sehat dan tetap semangat dalam menjalankan tugas sebagai guru. dan dalam kesempatan kali ini saya akan berbagi tentang refleksi terbimbing dari modul 2.1 dengan materi yang cukup bagus menurut saya karena materi ini kita dibantu untuk menjawab permasalahan yang sering kita jumpai dalam kelas kita yang sering di alami oleh siswa terkait keberagaman yang dimiliki dari siswa itu sendiri baik dari agama, suku, etnis, bahasa, gaya belajar dan minat belajar siswa. 

untuk membantu kita membuat refleksi terbimbing kita dibantu oleh beberapa pertanyaan anatara lain sebagai berikut:

  1. Dari apa yang sudah Anda pelajari, materi apa yang menurut Anda dapat menjadi solusi bagi permasalahan yang terkait dengan pembelajaran di kelas Anda?
  2. Apa yang menurut Anda sulit untuk diterapkan? Mengapa menurut Anda hal tersebut sulit diterapkan?
  3. Jika Anda harus menerapkan hal yang sulit tersebut, dukungan Apa yang Anda perlukan? Kemana atau bagaimana Anda akan dapat mengakses dukungan tersebut.
  4. Jika Anda menghadapi sebuah situasi, dimana kebutuhan belajar siswa Anda tidak dapat diakomodasi oleh pembelajaran berdiferensiasi beranikah Anda mengambil risiko untuk memodifikasi pembelajaran Anda, meskipun hal tersebut mungkin tidak umum atau tidak sesuai dengan sistem yang ada? Jelaskan pendapat Anda dengan alasannya.
Berikut jawaban atas pertanyaan di atas
  1. bentuk permasalahan dalam mengajar dari dulu sampai sekarang pasti sama akan tetapi pemecahannya yang terkadang belum tepat. Berdasarkan apa yang telah saya pelajari pada modul ini pembelajaran berdiferensiasi merupakan solusi bagi permasalahan terkait pembelajaran. Tentunya di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas pastinya seorang guru akan menemui murid yang beraneka ragam, baik dari segi kemampuan dasarnya, minatnya, gaya belajarnya dll. Nah agar guru dapat melaksanakan pembelajaran yang dapat mengakomodir semua perbedaan siswa tersebut maka guru harus melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Adapun diferensiasi yang dapat dilakukan oleh guru yaitu dari segi konten, proses, dan juga produk yang dihasilkan siswa. dengan demikian pembelajaran akan lebih berkesan dan tidak membosankan untuk murid dikarenakan pembelajaran dapat memenuhi semua kebutuhan murid yang beragam.
  2. Menurut saya yang sulit diterapkan dalam pembelajaran berdiferensiasi yaitu mengenali kebutuhan belajar murid. Dengan jumlah siswa yang mencapai 30 orang dengan beraneka ragam latar belakang, tentunya perlu waktu yang ekstra bagi seorang guru untuk mengenali kebutuhan belajar muridnya. Apalagi dalam situasi pembelajaran daring seperti ini dimana guru tidak bisa bertemu dengan muridnya, perlu strategi dan inovasi untuk dapat mengenali masing-masing siswa. sulitnya jalinan komunikasi antar murid dan guru merupakan faktor penghambat untuk menemukan solusi permasalahan di atas. sehingga kunci dan strategi yang yang diperlukan sangatlah sulit untuk dipertemukan pemecahannya. akan tetapi dengan kesabaran dan kerja keras dan kolaboraborasi yang solid antar murid dan guru akan menemukan keinginan yang sama.
  3. dukungan sangat penting untuk membantu kesuksesan guru dan murid dalam mewujudkan tujuan belajar yang menyenangkan. Dukungan yang saya perlukan yaitu dukungan penuh dari orang tua siswa untuk memastikan anak-anaknya dapat terlibat aktif dalam pembelajaran, sehingga guru dapat mengenali murid-muridnya dengan baik. Selain itu, saya juga harus memastikan para orang tua agar mendampingi anak-anaknya saat saya melakukan sebuah survey untuk mengetahui profil murid saya, memastikan semua murid mengisi surveynya. Untuk mendapat dukungan tersebut tentunya saya akan mengoptimalkan grup paguyuban yang telah saya bentuk sebelumnya dan berkomunikasi melalui whatsapp grup. disamping itu juga dukungan dari kepala sekolah untuk memfasilitasi guru dan murid dalam pembelajaran itu sangat penting baik dari segi dukungan moril dan alat-alat peraga atau alat bantu dalam belajar sangat dibutuhkan.
  4. Menurut saya, jika saya berada pada situasi dimana kebutuhan belajar siswa saya tidak dapat diakomodasi oleh pembelajaran berdiferensiasi, maka saya akan dengan berani mengambil risiko untuk memodifikasi pembelajaran yang saya lakukan, meskipun hal tersebut mungkin tidak umum atau tidak sesuai dengan sistem yang ada. Kondisi siswa di kelas secara penuh diketahui oleh gurunya, oleh karena itu guru berhak melakukan berbagai macam inovasi dan kreatifitas dalam melaksanakan pembelajaran dengan tujuan agar semua siswa mendapatkan pembelajaran sesuai yang mereka butuhkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. dan semua anak merasakan pembelajaran yang mereka inginkan kenapa tidak saya harus mengambil keputasan yang berbeda dari kebiasaannya.

Minggu, 11 Juli 2021

jurnal mingguan ke-9



Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid.

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
  2. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  3. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
  4. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  5. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.


 Facts Peristiwa)

minggu pertama saya saya mempelajari materi pembelajaran berdiferensiasi. materinya cukup menarik dan mudah difahami akan tetapi faktanya menunjukkan bahwa saya selama ini belum melakukan pembelajaran berdiferensiasi dalam proses mengajar selama ini.

Feelings (Perasaan)

minggu pertama saya saya mempelajari materi pembelajaran berdiferensiasi. terasa ada perasaan bersalah pada diri karena selama ini saya mengajar tidak memperhatikan minat dari siswa akan tetapi saya memaksakan keinginan saya, gaya belajar saya sendiri dan cara menyelesaikan tugas atau produk semuanya sesuai dengan gaya saya tanpa melihat dan mendengar dari keinginan siswa.

Findings (pemebeljaran)

melalui ruang kolaborasi dan berdiskusi dengan fasilitator maupun dengan peserta lainnya saya mendapatkan pencerahan dan motivasi untuk bisa menjadi guru yang lebih baik lagi kedepannya yang selalu memperhatikan minat siswa, profil pelajar siswa dan potensi yang dimilikinya sehingga kedepannya saya mampu mencetak generasi yang berhasil dan berbahagia.

Future (Penerapan)

untuk kedepannya saya akan lebih terbuka lagi berdiskusi dengan rekan GP maupun fasilitator agar saya lebih maksimal dalam melaksanakan tugas sebagai guru dan bisa menjadi guru yang baik dalam menuntuk siswa saya untuk meunuju kebahagiaan yang tertinggi.

kunci dari semua ini adalah tidak ada yang sulit dalam mengerjakan sesuatu jika kita mau memulai dan berusaha.

demikian refleksi mingguan saya, teruslah bergerak agar tidak tertinggal lebih jauh demi kemajuan Banggsa.