MEMBANGUN
KEBERANIAN BERTANYA DAN BERPENDAPAT MELALUI KESEPAKATAN KELAS, SMAN 1 KURIPAN
KELAS X
Jl. TGH Abdul Hafizd-Tegal, Kecamtan Kuripan, Kab Lombok Barat
Dubuat oleh:
PGP-ANGKATAN 2-LOBAR -MAKRIPUDDIIN-1.4.a.10.1-AKSI NYATA
A.
Latar Belakang
Budaya
positif merupakan pembentukan kebiasaan-kebiasaan baik dengan tujuan agar
melekat secara alami pada karakter setiap manusia secara berkelanjutan. Budaya
positif seyogyanya harus ditamkan melalui dunia pendidikan terutama diawali
pada lingkungan keluarga sebagai pondasi utama untuk melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi. Untuk membentuk budaya positif pada diri murid, guru harus
dapat memberikan contoh baik yang menginspirasi murid, memahami karakter murid,
memahami kodrat alam dan zaman, serta berani membuat terobosan inovasi dengan
berbagai model dan prinsip yang dapat membentuk karakter murid yang berahlak
mulia sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad SAW dan tokoh-tokoh Islam dan
pendidikan di Indonesia.
Ki
Hajar Dewantara mendefinisikan kebudayaan sebagai buah budi manusia yang
merupakan hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan
alam. Hal itu merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai
rintangan dan kesukaran guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan
merupakan persemaian benih-benih kebudayaan yang berlandaskan budi pekerti dan
profil Pancasila sehingga budaya yang positif sesuai dengan kepribadian bangsa
harus ditanamkan sejak sdini mungkin.
Budaya positit yang akan saya laksankan pada aksi nyata ini yaitu tentang budaya karakter berani bertanya dan berpendapat. Agar pembelajaran dapat berjalan lancar dan kondusif tentunya yang harus saya lakukan yaitu salah satunya dengan menerapkan sebuah kesepakatn kelas antara guru dengan murid. Kesepakatan kelas merupakan salah satu budaya positif yang bisa saya lakukan untuk mendukung berjalannya budaya-budaya positif yang lainnya seperti yang sudah saya sebutkan di atas. Kemudian pada era saat ini dengan adanya pandemi virus corona (covid-19) kesehatan adalah hal terpenting yang tidak dapat ditawar keutamaannya. Pandemi ini telah mengubah semua sistem baik secara teori ataupun teknis jalannya kehidupan manusia tidak terkecuali dunia pendidikan. Pembelajaran yang biasanya berjalan dengan tatap muka, saat ini dilaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dari rumah dan tatap muka terbatas dengan menggunkan dua shif yaitu dalam satu kelas dibuat dua shif. Akan tetapi tidak menyurutkan niat saya untuk mencetak generasi yang kritis dan inovatif melalui kesepakatan kelas
Kesepakatan kelas berisi beberapa
aturan untuk membantu guru dan murid bekerja bersama membentuk kegiatan belajar
mengajar yang efektif. Kesepakatan
kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tetapi juga
harapan murid terhadap guru. Kesepakatan
disusun dan dikembangkan bersama-sama antara guru dan murid. Kesepakatan ini
lebih mengedepankan peran aktif murid sebagai subyek pendidikan, sehingga
setiap pendapat murid perlu dihargai. Lewat kesepakatan kelas, anak-anak
sekaligus belajar tentang nilai-nilai demokrasi, serta pentingnya bertanggungjawab
terhadap kesepakatan yang mereka buat sendiri
Sebagai langkah awal
untuk penerapan budaya positif, bisa dimulai dengan membuat kesepakatan kelas.
Dalam pelaksanaannya, kesepakatan kelas ini harus melibatkan murid. Anak-anak
ditempatkan sebagai tokoh utama dalam
pembelajaran, termasuk juga dalam pembuatan kesepakatan kelas, sehingga mereka
merasakan keterlibatan dan perilaku yang
mereka tunjukkan sebagai bagian dari tanggung jawab mereka sendiri, buka sekedar menjalankan
peraturan yang berlaku di kelas. Budaya positif yang tumbuh di kelas ini, dengan membangun keberanian bertanya dan
berpendapat melalui kesepakatan hendaknya dapat
menciptakan pembelajaran yang teratur, nyaman, aman,dan menyenangkan bagi
guru dan murid. Murid sebagai tokoh utama keberanian bertanya dan berpendapat.
Dengan keberanian siswa dalam bertanya dan berpendapat akan menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi pada siswa dan akan menumbuhkan sikap kritis pada siswa. Oleh karena itu, aksi nyata 1.4.a.10.1 budaya positif adalah “menumbuhkan keberanian bertanya dan berpendapat siswa” melalui kesepakatan kelas.
B. Deskripsi Aksi Nyata
Penerapan budaya
positif, bisa dimulai dengan membangun keberanian bertanya dan berpendapat
melalui kesepakatan kelas. Dalam
pelaksanaanya, kesepakatan kelas ini harus melibatkan murid. Anak-anak
ditempatkan sebagai pelaku utama dalam
pembelajaran, termasuk juga dalam pembuatan kesepakatan kelas, sehingga mereka
merasakan keterlibatan dan perilaku yang
mereka tunjukkan sebagai bagian dari tanggung jawab mereka sendiri, bukan sekedar menjalankan
peraturan yang berlaku di kelas.
Penerapan kesepakatan
kelas sebenarnya bukanlah hal yang baru. Membuat kesepakatan kelas sudah
dilakukan sejak dulu oleh guru-guru terdahulu yang dilakukan pada awal tahun
pelajaran. Namun, selama ini dalam penerapannya memang tidak melibatkan murid dalam
kesepakatan kelas. Biasanya, kesepakatan kelas atau tata tertib kelas yang di
buat guru, hanya menyampaikan aturan-aturan dan hal-hal yang harus dilakukan
oleh peserta didik. Selanjutnya, murid diminta mengikuti aturan tersebut. Jika
tidak, ada konsekuensi berupa hukuman yang akan diberikan.
Setelah
mendapatkan materi tentang penerapan budaya positif berupa langkah-langkah atau
panduan penerapan kesepakatan kelas padaProgram Pendidikan Guru Penggerak,
penerapan kesepakatan kelas dilakukan secara berbeda seperti biasanya.
Saat
ini proses pembelajaran di SMAN 1 Kuripan menjadi salah satu sekolah yang mendapatkan
izin tatap muka dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Barat, maka pembuatan
kesepakatan kelas dilakukan secara tatap muka di kelas X SMA Negeri 1 Kuripan.
Pada akhir semester
genap tahun pelajaran 2020/2021, usai pelaksanaan penilaian akhir semester
(PAS), murid kelas X diajak membuat
kesepakatan kelas. Saat itu yang mengikuti proses pembentukan kesepakatan kelas
sebanyak 28 murid.
Sebelum pembuatan
kesepakatan kelas , langkah pertama yang dilakukan adalah menyusun panduan
kesepakatan kelas. Ada 6 panduan dalam menyusun kesepakatan kelas yakni : menayakan pendapat murid , menanyakan ide dari murid untuk mencapai kelas impian ,ambil
kesimpulan dari ide, ubah ide menjadi kesepakatan kelas, tandatangani kontrak
kesepakatan, dan melakukan refleksi
kesepakatan kelas yang sudah di sepakati dengan melihat bersama bafallo kontrak
kesepakatan kelas.
Selanjutnya, pembuatan
kesepakatan kelas ini adalah bertanya dulu kepada murid tentang bentuk kelas
impian mereka. Semua siswa menjawab secara antusias pertanyaan yang diberikan.
Jawaban yang mereka berikan antara lain, kelas yang bersih, rapi, nyaman, indah
dan menyenangkan. Setelah itu, murid kembali diberikan pertanyaan, bagaimana
cara mewujudkan kelas yang bersih, sehat, aman, nyaman, dan menyenangkan?. Murid kembali menjawab antara lain dengan
menjaga kebersihan kelas, bekerja sama, tidak membuang sampah sembarangan serta
saling membantu dalam menjaga kebersihan kelas. Kemudian, murid kembali
ditanyakan, bagaimana cara agar bisa mendapatkan hasil maksimal dalam proses
pembelajaran? murid menjawab dengan masuk tepat waktu , berdoa sebelaum dan
sesudah belajar dan dengan cara belajar dengan giat dan menyimak guru saat menerangkan
atau menjelaskan pelajaran.
Kemudian murid kembali ditanyakan menurut
kalian apa yang harus kita semua lakukan untuk mencapai kelas impian kita? Mereka
menjawab kelas tanpa kekerasan fisik. Apa lagi?
kelas tanpa kekerasan verbal, seperti bullying. Apa lagi?” Kita harus
sama-sama menjaga komitmen dalam menjalankan kesepakatan kelas, tanpa pemberian
hadiah atau hukuman, pak guru.
Selanjutnya melakukan diskusi untuk
mendapatkan umpan balik dari murid, perjelas tentang kesepakatan kelas, penting
jika kesepakatan kelas, murid
percaya dan bisa di lakukan baik sebagai individu maupun dalam kelompok,
pastikan memang semua daftar diperlukan dalam proses belajar mengajar, jika ada yang terlewati
pandu murid untuk menambahkan yang
terlupakan atau menghapus tujuan yang
tidak utama.
Kemudian guru dan murif bergiliran menulis di kertas buffalo atau papan tulis
berupa tingkah laku dari kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas dapat dibuat berupa panduan tingkah laku. Kemudian memastikan jumlah poin kesepakatan kelas tidak banyak
sehingga mudah dipahami dalan dilakukan.
Setelah kesepakatan kelas disetujui
kemudian memberikan waktu kepada murid untuk mendatangani kontrak kesepakatan
kelas, guru juga perlu menandatangani kesepakatan kelas tersebut, kemuduain
meletakkan poster kesepakatan kelas yang sudah ditandatangani agar terlihat
oleh semua guru
Langkah yang terakhir adalah
melakukan refleksi secara rutin terkait kesepakatan kelas yang sudah di susun ,
tayakan murid terkait perkembangan dan
tentukan apa ada hal yang perlu diubah atau diperbaikai. Jika dalam poin
kesepakatan kelas masih ada yang kurang atau ada dari mereka yang masih
melanggar, maka mereka diajak untuk mendiskusikan hasil kontrak kesepakatan
kelas.Ini merupakan tantangan yang dihadapi, namun setelah melakukan refleksi
bersama, keberhasilan murid melaksanakan
kontrak kesepakatan kelas yang mereka buat sendiri, tanpa ada hadiah dan
hukuman bagi murid yang melanggar kesepakatan yang telah di buat bersama.
Alasan mengapa melakukan aksi nyata
ini karena murid ditempatkan sebagai tokoh
utama dalam pembelajaran sehingga mereka merasakan perilaku. Perilaku
yang mereka tunjukkan sebagai pernyataan dari tanggung jawab mereka sendiri,. Kesepakatan
kelas adalah potret pendekatan budaya positif yang lebih mengedepankan peran
aktif siswa sebagai subjek pendidikan. Ruang kelas sebagai cerminan awal menuju
proses belajar mengajar, Guru dan murid akan memperoleh situasi
yang kondusif pada saat penyampaian materi dan kegiatan belajar mengajar
sehingga terciptanya pembelajaran yang menyenangkan yang ditunjukkan dengan keberanian
siswa mengajukan pertanyaan dan
berpendapat karena kondisi belajar mengajar yang seru dan menyenangkan.
C.
Hasil Aksi Nyata yang Dilakukan
Setelah melaksanakan aksi nyata 1.4.a.10.1
ini ternyata belum bisa mencapai keberhasilansesuai yang diharapkan
karena aksi nyata ini di buat diakhir semester genap dan tidak ada proses
pembelajaran. Namun adapun hasil dari aksi nyata yaitu sebagai berikut:
1. Mendapatkan banyak pengalaman baru
dalam membuat kesepakatan kelas.
2. Guru dan murid dapat menanamkan nilai
budaya positif dan displin positif dikelas
3. Menumbuhkan kondisi yang aman, nyaman,
dan menyenangkan dalam belajar mengajar sehingga dapat membentuk lingkungan merdeka
belajar
4. Dapatat meningkatkan keberanian siswa
dalam mengajukan pertanyaan dan keberanian berpendapat di dalam kelas dan luar
kelas.
5. Dapat membentuk karakter siswa yang
kritis dan inovatif
6. Dapat mengembangkan potensi murid
untuk mencapai cita-citanya.
D.
Pembelajaran yang Didapatkan dari Pelaksanaan
Banyak pembelajaran yang di
dapatkan dari pelaksanaan aksi nyata ini
sehingga dibutuhkan analisis untuk
mencari kelemahan yang menyebabkan kegagalan dan kekuatan yang bisa menjadikan
keberhasilan. Adapun kelemahan yang menyebabkan kegagalan adalah sebagai
berikut:
1.
Kegagalan
a.
Poin kesepakatan kelas tidak efektif
diterapkan
b.
Masih terdapat murid yang melanggar
kesepakata kelas
c.
Belum konsistensi untuk melaksanakan
disiplin positif di kelas
d.
Murid belum berperilaku displin positif
2.
Keberhasilan
a.
Guru dan murid dapat menumbuhkan dan
menanamkan disiplin positif di kelas
b.
Pembiasaan positif di kelas akan terjadi
pada saat kegiatan pembelajaran
c. Membangun
lingkungan positif melalui budaya positif dalam rangka mewujdukan keberanian
bertanya dan berpendapat di dalam kelas dan luar kelas.
d. Proses
pembelajaran berjalan nyaman, aman, dan menyenangkan serta efekitf sehingga terwujud keberanian
bertanya dan berpendapat sesuai profil pelajar Pancasila
E.
Rencana Perbaikan di Masa Mendatang
Rencana
perbaikan yang akan dilakukan penulis adalah membuat kesepakatan kelas pada
awal masuk tahun pelajaran, kemudian mengkaji kembali beberapa poin terkait
hasil kesepakatan kelas yang belum menunjukkan keberhasilan. Dalam penyusunan
kesepakatan kelas penulis akan
memberikan kesempatan kepada seluruh murid
untuk menyampaikan pendapatnya. Hal ini bertujuan agar semua murid merasa terlibat dalam diskusi untuk mencapai
kesepakatan kelas. Penulis juga akan terus mengeksplorasi diri untuk
mengarahkan pembentukan karakter dan prilaku positif lainnya sehingga murid
akan memperoleh motivasi intrinsik dalam melakukan setiap budaya positif. Selain
itu, penulis akan berbagi praktik baik dalam bentuk kesepakatan kelas dengan rekan sejawat, Dengan demikian, penjelasan
tentang praktik baik penerapan kesepakatan kelas ini mampu dipahami dan
diterima oleh rekan sejawat yang lain dalam upaya membangun
budaya positif.
Selama merencanakan aksi nyata membangun keberanian
bertanya dan berpendapat melalui kesepakatan kelas , penulis merasakan bahwa
selama ini ada sesuatu yang baru dalam menerapkan budaya positif di sekalah.
Dimana selama ini, penulis membuat kesepakatan kelas atau tata tertib kelas , tidak
pernah melibatkan murid secara awal. Biasanya, penulis hanya menyampaikan dan membuat
aturan-aturan dan hal-hal yang harus dilakukan oleh murid. Selanjutnya, peserta
didik diminta mengikuti aturan tersebut. Jika tidak, ada konsekuensi berupa
hukuman yang akan diberikan. Pada saat melaksanakan aksi, penulis tidak bisa mengukur
sejauhmana efektivas aksi nyata ini karena limit waktu dalam penyusunan dan
pembuatan kesepakatan kelas. Namun penulis merasa ada sesuatu yang berubah dari
cara penulis dalam membangun budaya positif di kelas dalam mewujudkan keberanian
bertanya dan berpendapat
Penulis juga akan berusaha
memaksimalkan pedekatan IA dengan model Bagja serta selalu memaksimalkan asesmen sikap murid
sebagai upaya untuk mengukur kegagalan dan keberhasilan kegiatan aksi
nyata. Indikator asesmen antara lain tidak berani bertanya dan
berpendapat ketika proses belajar dan di luar kelas, tidak menghargai pendapat
orang lain, tidak santun saat berbicara
dengan guru, tidak mengucapkan salam kepada guru saat keluar masuk kelas, dan
tidak mengucapkan maaf ketika berbuat kekeliruan atau kesalahan. Dengan model
IA dan asesmen ini, penulis beraharap dengan kesepakatan kelas ini, target
pembelajaran terwujud yakni keberanian bertanya dan berpendapat sesuai dengan
profil pelajar Pancasila untuk membentuk siswa yang kritis serta melakukan
perbaikan dengan melibatkan murid ditempatkan
sebagai pelaku utama dalam pembelajaran, termasuk juga dalam pembuatan
kesepakatan kelas, sehingga mereka merasakan keterlibatan dan perilaku yang mereka tunjukkan sebagai bagian dari
tanggung jawab mereka sendiri, bukan
sekedar menjalankan peraturan yang berlaku di kelas sehingga terwujud budaya
positif dalam lingkungan sekolah.
Dokumentasi
1.
Membimbing
siswa dalam menemukan kesepakatan kelas melalui kegiatan diskusi terkait kelas
impian,
2.
Menanda
tangani hasil kesepakatan kelas guru dan murid
3.
Menyepakati hasil kesepatan kelas
4.
Refleksi
dengan pimpinan dan rekan sejawat terkait kesepakatan kelas untuk perbaikan
kearah yang lebih baik.
5.
Menjaga
kebersihan kelas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar